Makalah Teori Belajar dan Penerapannya
https://yuniuptt.blogspot.com/2019/01/makalah-teori-belajar-dan-penerapannya.html
MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
“TEORI BELAJAR DAN PENERAPANNYA”
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran
Dosen Pengampu: Imam Hanafi, M.Pd
Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
RABIATUL
WAHYUNI 1686206056
RAHMAT 1686206089
T. IRESTI JANNAH 1386206202
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU
TAMBUSAI
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke
hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah Belajar dan Pembelajaran tentang
Teori Belajar dan Penerapannya. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini masih banyak kekurangan, baik dari segi isi, penulisan maupun kata-kata
yang digunakan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat
membangun guna perbaikan bagi kami dalam membuat makalah selanjutnya, akan kami
terima dengan senang hati. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Akhirnya, tiada gading yang tak retak, meskipun dalam penyusunan makalah
ini kami telah mencurahkan kemampuan, namun kami sangat menyadari bahwa hasil
penyusunan makalah ini jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan data dan
referensi maupun kemampuan kami. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
serta kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga makalah ini dapat
memenuhi syarat proses kegiatan belajar kami dalam mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran dan apabila terdapat kejanggalan-kejanggalan dalam penyusunan
makalah ini. kami mohon maaf dan sekali lagi kami mengucapkan terimakasih.
Bangkinang
Kota, 22 Februari 2018
Kelompok
3
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................ 1
C. Tujuan.............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 3
A. Pengertian Belajar........................................................................................... 3
B. Teori-Teori Belajar........................................................................................... 3
1. Teori Preskriptif dan Deskriptif................................................................. 3
2. Teori Behavioristik..................................................................................... 5
3. Teori Kognitif............................................................................................ 10
4. Teori Humanistik....................................................................................... 12
BAB
III PENUTUP.......................................................................................... 16
1.
Kesimpulan...................................................................................................... 16
2.
Saran................................................................................................................ 17
DAFTAR
PUSTAKA....................................................................................... 18
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya (Daryanto, 2010 : 2) Sedangkan menurut Slamero
(1988 : 2),Belajar merupakan suatu prsoses yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
dari pengalamannya sendiri dalam interaksi individu dengan lingkungannya.
Teori pembelajaran mengungkapkan hubungan antara
kegiatan pembelajaran dengan proses psikologis dalam diri siswa, sedangkan
teori belajar mengungkapkan hubungan antara kegiatan siswa dengan proses
psikologis dalam diri siswa.
Teori pembelajaran harus memasukkan variable metode
pembelajaran. Bila tidak, maka teori itu bukanlah teori pembelajaran. Hal ini
penting sebab banyak yang terjadi apa yang dianggap sebagai teori pembelajaran
yang sebenarnya adalah teori belajar. Teori pembelajaran selalu menyebutkan
metode pembelajaran sedangkan teori belajar sama sekali tidak berurusan dengan
metode pembelajaran. Sementara itu, banyak penerapan teori belajar ynag
tidak sesuai dengan teori pemebelajaran yang seharusnya.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, kami merumuskan
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apa
yang dimaksud dengan belajar?
2. Teori-teori
apa sajakah yang ada dalam proses pembelajaran?
3. Bagaimana
penerapan teori pembelajaran tersebut dalam proses pembelajaran di lapangan?
C.
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka kami
memiliki tujuan sebagai berikut:
- Untuk mengetahui
pengertian belajar yang sesungguhnya.
- Untuk mengetahui
teori-teori yang terdapat dalam proses pembelajaran.
- Untuk
mengetahui penerapan teori pembelajaran tersebut dalam proses pembelajaran
di lapangan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Belajar
Menurut pengertian psikologis, belajar merupakan
suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Daryanto,
2010 : 2) Sedangkan menurut Slamero (1988 : 2), Belajar merupakan suatu prsoses
yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi
individu dengan lingkungannya.
Belajar bukan menghafal bukan pula mengingat (Nana
Sudjana, 2011 : 28). Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang yang ditunjukkan dalam bentuk seperti berubahnya
pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan
kemampuan, dan aspek lain yang ada pada individu.
B.
Teori-Teori
Belajar
1.
Teori
Deskriptif dan Preskriptif
a.
Pengertian
Teori Deskriptif dan Perspektif
Untuk membedakan antara teori belajar dan teori
pembelajaran bisa diamati dari posisional teorinya, apakah berada pada tataran
teori deskriptif atau perspektif. Bruner (dalam Dageng 1989) mengemukakan bahwa
teori pembelajaran adalah perspektif dan teori belajar adalah deskriptif.
Perspektif karena tujuan utama teori pembelajaran adalah menetapkan metode
pembelajaran yang optimal, sedangkan teori belajar bersifat deskritif karena
tujuan utama teori belajar adalah menjelaskan proses belajar.
Teori belajar menaruh perhatian pada hubungan antara
variabel-variabel yang menentukan hasil belajar. Sedangkan teori pembelajaran
sebaliknya teori ini menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi
orang lain agar terjadi proses belajar. Dengan kata lain
teori
pembelajaran berurusan dengan upaya mengontrol variable yang dispesifikasikan
dalam teori belajar agar dapat memudahkan belajar.
Asri Budiningsih (2004) dalam buku Belajar dan
Pembelajaran menjelaskan bahwa upaya dari Bruner untuk membedakan antara teori
belajar yang deskriptif dan teori pembelajaran yang perspektif dikembangkan
lebih lanjut oleh Reigeluth. Teori dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
deskriptif menempatkan variable kondisi dan metode pembelajaran sebagai givens dan menempatkan hasil belajar
sebagai varibael yang diamati. Dengan kata lain, kondisi dan metode
pembelajaran sebagai variable bebas dan hasil pembelajaran sebagai variable
tergantung.
Reigeluth (1983 dalam Degeng ,1990) mengemukakan
bahwa teori perspektif adalah goal
oriented sedangkan teori deskriptif adalah goal free. Maksudnya adalah bahwa teori pembelajaran perspektif
dimaksudkan untuk mencapai tujuan, sedangkan teori belajar deskriptif
dimaksudkan untuk memberikan hasil. Itulah sebabnya variable yang diamati dalam
mengembangkan teori belajar yang perspektif adalah metode yang optimal untuk
mencapai tujuan, sedangkan dalam pengembangan teori pembelajaran deskriptif,
variable yang diamati adalah hasil belajar sebagai akibat dari interaksi antara
metode dan kondisi.
Dengan kata lain teori pembelajaran mengungkapkan
hubungan antara kegiatan pembelajaran dengan proses psikologis dalam diri
siswa, sedangkan teori belajar mengungkapkan hubungan antara kegiatan siswa
dengan proses psikologis dalam diri siswa. Teori pembelajaran harus
memasukkan variable metode pembelajaran. Bila tidak, maka teori itu bukanlah
teori pembelajaran. Hal ini penting sebab banyak yang terjadi apa yang dianggap
sebagai teori pembelajaran yang sebenarnya adalah teori belajar. Teori
pembelajaran selalu menyebutkan metode pembelajaran sedangkan teori belajar
sama sekali tidak berurusan dengan metode pembelajaran.
b.
Kelebihan
dan Kekurangan Teori Belajar Deskriptif dan Prespektif
1) Kelebihan
dan kekurangan teori belajar deskriptif
Kelebihannya yaitu lebih terkonsep sehingga siswa
lebih memahami materi yang akan disampaikan. Dan mendorong siswa untuk mencari
sumber pengetahuan sebanyak-banyaknya dalam mengerjakan suatu tugas.
Kekurangannya yaitu kurang memperhatikan sisi psikologis siswa dalam mendalami
suatu materi.
2) Kelebihan
dan kekurangan teori belajar prespektif
Kelebihannya yaitu lebih sistematis sehingga
memiliki arah dan tujuan yang jelas. Banyak member motivasi agar terjadi
proses belajardan mengoptimalisasikan kerja otak secara maksimal. Kekurangannya
yaitu membutuhkan waktu cukup lama.
2.
Teori Behavioristik
Belajar terjadi bila perubahan dalam bentuk tingkah
laku dapat diamati. Bila kebiasaan perilaku terbentuk karena pengaruh
peristiwa- peristiwa yang terjadi dilingkungan sekitar. Teori behavioristik
berpandangan bahwa belajar terjadi karena operant
conditioning. Jika seseorang menunjukkan perilaku belajar yang baik maka
mendapatkan hadiah dan kepuasan. Peserta didik
yang telah mendapatkan hadiah sebagai penguatan akan semakin
meningkatkan kualitas perilaku mengajarnya.
a.
Kelebihan
dan Kekurangan Teori Belajar Behavioristik
1) Kelebihannya
yaitu antara lain:
a) Membiasakan
guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar.
b) Metode
behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang menbutuhkan
praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan,
spontanitas,
kelenturan,
refleksi, daya tahan, dan sebagainya kelenturan, refleksi, daya tahan, dan
sebagainya.
c) Guru
tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri. Jika
menemukan kesulitan baru ditanyakan kepada guru yang bersangkutan.
d) Teori
ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi
peran orang dewasa , suka mengulangi dan harus dibiasakan , suka meniru dan
senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau
pujian.
e) Mampu
membentuk suatu perilaku yang diinginkan mendapatkan penguatan positif dan
perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif, yang didasari pada
perilaku yang tampak.
f) Dengan
melalui pengulangan dan pelatihan yang continue
dapat mengoptimalkan bakat dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk
sebelumnya. Jika anak sudah mahir dalam satu bidang tertentu maka akan lebih
dapat dikuatkan lagi dengan pembiasaan dan pengulangan yang kontinue tersebut
dan lebih optimal.
g) Bahan
pelajaran yang disusun secara hierarkis dari yang sederhana sampai pada yang
kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang
ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu mampu menghasilkan sustu
perilaku yang konsisten terhadap bidang tertentu.
2) Kekurangannya
yaitu antara lain:
a) Sebuah
konsekuensi bagi guru, untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah
siap.
b) Tidak
setiap mata pelajaran bisa menggunakan metode ini.
c) Penerapan
teori behavioristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga
mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan
bagi siswa yaitu guru sebagai sentral, bersikap otoriter, komunikasi
berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari
murid.
d) Murid
berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan menghafalkan apa yang
didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.
e) Penggunaan
hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru dianggap
metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa.
f) Murid
dipandang pasif, perlu motivasi dari luar dan sangat dipengaruhi oleh penguatan
yang diberikan guru.
g) Penerapan
teori behavioristik yang salah dalam suatu kondisi pembelajaran juga
mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan
bagi siswa yaitu guru sebagai sentral bersikap otoriter, komunikasi berlangsung
satu arah guru melatih dan menetukan apa yang harus dipelajari murid sehingga
dapat menekan kreatifitas siswa. Murid hanya mendengarkan dengan tertib
penjelasan guru dan meghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara
belajar yang efektif sehingga inisiatif siswa terhadap suatu permasalahan yang
muncul secara temporer tidak bisa diselesaiakn oleh siswa.
b.
Aplikasi
Teori Behavioristik dalam Kegiatan Pembelajaran
Aliran psikologi belajar yang sangat besar mempengaruhi
arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini
adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku
yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan
stimulus responnya,
mendudukkan
orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu
dengan menggunakan metode pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin
kuat bila diberikan reinforcement dan
akan menghilang bila dikenai hukuman.
Istilah-istilah seperti hubungan stimulus respon,
individu atau siswa pasif, perilaku sebagai hasil yang tampak, pembentukan
perilaku (shaping) dengan penataan
kondisi secara ketat, reinforcement
dan hukuman, ini semua merupakan unsur-unsur yang sangat penting dalam teori
behavioristik. Teori ini hingga sekarang masih merajai praktek pembelajaran di
Indonesia. Hal ini tampak dengan jelas pada penyelenggaraan pembelajaran dari
tingkat yang paling dini, seperti kelompok bermain, Taman Kanak-Kanak, Sekolah
Dasar, Sekolah Menengah, bahkan sampai Perguruan Tinggi, pembentukan perilaku
dengan cara drill (pembiasaan)
disertai dengan reinforcement atau
hukuman masih sering dilakukan.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan
pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat
materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang
tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behvioristik
memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan
telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan,
sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau siswa. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak
struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat
dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir
seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Siswa
diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang
diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus
dipahami oleh murid (Degeng, 2006).
Demikian halnya dalam proses belajar mengajar, siswa
dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan
dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang
terstruktur dengan menggunakan standart-standart tertentu dalam proses
pembelajaran yang harus dicapai oleh para siswa. Begitu juga dalam proses
evaluasi belajar siswa diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati
sehingga hal-hal yang bersifat unobservable
kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
Implikasi dari teori behavioristik dalam proses
pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi siswa
untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri.
Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam
menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau
robot. Akibatnya siswa kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang
ada pada diri mereka.
Karena teori behavioristik memandang bahwa sebagai
pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka siswa atau orang yang
belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih
dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam
belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan
disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan
dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar
atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah.
Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan
belajar. Siswa atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan
aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar
diri siswa (Degeng, 2006).
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik
ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang menuntut siswa untuk
mengungkapkan kembali
pengetahuan
yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau
materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi
fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti
urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak
didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan
mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan
evaluasi menekankan pada hasil belajar.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan
secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper
and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar.
Maksudnya bila siswa menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal
ini menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi
belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan
biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan
evaluasi pada kemampuan siswa secara individual.
3.
Teori
Kognitif
Teori ini memfokuskan perhatiannya kepada bagaimana
dapat mengembangakan fungsi kognitif individu agar mereka dapat belajar dengan
maksimal. Kognitif bagi teori ini merupakan faktor pertama dan utama yang perlu
dikembangakan oleh para guru, karena kemampuan belajar peseta didik sangat
dipengaruhi oleh sejauh mana fungsi kognitif peserta didik dapat berkembang
secara maksimal melalui sentuhan proses pendidikan. pengetahuan kognitif perlu
dikaji secara mendalam oleh para calon guru dan para pendidik untuk
menyukseskan proses pembelajaran didalam kelas.
a.
Kelebihan
dan Kekurangan Teori Kognitif
Kelebihannya yaitu antara lain:
1) Menjadikan
siswa lebih kreatif dan mandiri.
2) Membantu
siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah.
Kekurangannya yaitu antara lain:
1) Teori
tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
2) Sulit
di praktikkan khususnya di tingkat lanjut.
3) Beberapa
prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.
b.
Penerapan
Teori Kognitif
Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan
sebagai suatu aktivitas belajara yang berkaitan dengan penataan informasi,
reorganisasi persepsual, dan prosese intelektual. Kegiatan pembelajaran
yang berpijak pada teori belajar kognitif ini sudah banyak digunakan. Dalam
merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran,
tidak lagi mekanistik sebagaimana yang dilakukan dalam pendekatan behavioristik.
Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat
diperhitungkan, agara belajar lebih bermakana bagi siswa.
Sedangkan kegiatan pembelajarannya mengikuti
prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Siswa
bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses berpikirnya. Mereka mengalami
perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
2) Anak
usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik,
terutama jika menggunakan benda-benda kongkrit.
3) Keterlibatan
siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan
mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan
pengalaman dapat terjadi dengan baik.
4) Untuk
menarik minat dan menigkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengalaman atau
informasi beru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki si belajar.
5) Pemahaman
dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan menggunakan
pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
6) Belajar
memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal. Agar makna, informasi
baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki
siswa. Tugas guru adalah menunjukkan hubungan antara apa yang sedang dipelajari
dengan apa yang telah diketahui siswa.
7) Adanya
perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini
sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut misalnya
pada motivasi, persepsi, kemampuan berpikir, pengetahuan awal dan sebagainya.
4.
Teori
Humanistik
Belajar dipandang sebagai fungsi keseluruhan
pribadi. Teori ini berpendapat belajar yang sebenarnya tidak dapat berlangsung
bila tidak ada keterlibatan intelektual maupun emosional peserta didik. Oleh
karena itu motivasi belajar harus bersumber dari dalam diri peserta didik
sendiri. (morris : 1982). Proses belajar
menurut teori ini adalah orang belajar karena
ingin mengetahui dunianya. Individu memilih sesuatu untuk dipelajari ,
mengusahakan proses pembelajaran dengan caranya sendiri, dan menilainya sendiri
tentang apakah proses belajarnya berhasil.
a.
Kelebihan
dan Kekurangan Teori Humanistik
Kelebihannya:
1) Bersifat
pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, analisis terhadap fenomena
sosial.
2) Siswa
merasa senang, berinisiatif dalam belajar.
3) Guru
menerima siswa apa adanya, memahami jalan pikiran siswa.
Kekurangan:
1) Bersifat
individual.
2) Proses
belajar tidak akan berhasil jika tidak ada motivasi dan lingkungan yang mendukung.
3) Sulit
diterapkan dalam konteks yang lebih praktis.
b.
Aplikasi
Teori Humanistik dalam Pembelajaran
Oleh M. Amir (Megister Administrasi – Kepengawasan,
Pascasarjana Universitas Negeri Medan). Teori belajar humanisme memfokuskan
pembelajarannya pada pembangunan kemampuan positif siswa. Teori ini membantu
masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang
unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Peserta didik menjadi pelaku dalam memaknai pengalaman belajarnya sendiri.
Dengan teori ini guru dapat mengetahui teknik yang dapat mengembangkan jiwa
anak didik dalam Pembelajaran.
Aplikasi teori belajar humanisme ini berusaha
memahami prilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang
pengamatnya. Selain itu aliran humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan
kepribadian manusia. Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana manusia
membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak
positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang
beraliran humanisme biasanya memfokuskan pembelajarannya pada pembangunan
kemampuan positif ini. Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan
pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif.
Emosi adalah karakteristik yang sangat kuat yang
tampak dari para pendidik beraliran humanisme. Menurut teori ini tujuan belajar
adalah untuk memanusiakan manusia, proses belajar di anggap berhasil jika anak
memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Penekanan dalam teori ini adalah
penyelidikan efek emosi dan hubungan interpersonal terhadap terbentuknya
prilaku belajar, yang melibatkan intelektual dan emosi sehingga tujuan akhir
belajarnya adalah mengembangkan kepribadian peserta didik, nilai-nilai yang di
anut, kemampuan sosial, dan konsep diri yang berkaitan dengan pencapaian
prestasi akademik. Dengan demikian dapat dirumuskan, tujuan utama
para
pendidik dilihat dari teori belajar humanisme adalah membantu anak untuk
mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal
diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan
potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Bertitik tolak dari latar belakang
itu, maka focus pembahasan pada artikel ini adalah membahas bagaimana aplikasi
teori humanism itu di terapkan dalam proses pembelajaran.
Aplikasi teori humanisme lebih menonjolkan kebebasan
setiap individu siswa/i memahami materi pembelajaran untuk memperoleh
informasi/pengetahuan baru dengan caranya sendiri, selama proses
pembelajaran.dalam teori ini peserta didik berperan sebagai subjek didik, peran
guru dalam pembelajaran humanisme adalah fasilitator. Peserta Didik Dalam
pembelajaran yang humanis ditempatkan sebagai pusat (central) dalam aktifitas belajar. Peserta didik menjadi pelaku
dalam memaknai pengalaman belajarnya sendiri. Dengan demikian , peserta didik
diharapkan mampu menemukan potensinya dan mengembangkan potensi tersebut secara
memaksimal. Peserta didik bebas berekspresi cara-cara belajarnya sendiri.
Peserta didik menjadi aktif dan tidak sekedar menerima informasi yang
disampaikan oleh guru.
Peran guru dalam pembelajaran humanisme adalah
menjadi fasilitator bagi para peserta didiknya dengan cara memberikan motivasi
dan memfasilitasi pengalaman belajar, dengan , menerapkan strategi pembelajaran
yang membuat peserta didik aktif, serta menyampaikan materinya pembelajaran
yang sistematis (Sadulloh; 2008).
Peran guru sebagai fasilitator adalah:
1) Memberi
perhatian pada penciptaan suasana awal pembelajaran.
2) Menciptakan
suasana kelas yang menyenangkan sehingga meningkatkan peserta didik untuk
mengikuti pembelajaran dengan cara menerapakan metode pembalajaran yang
bervariasi.
3) Mengatur
peserta didik agar bisa berkomunikasi secara langsung secara aktif dengan antar
teman selama proses pembelajaran.
4) Mencoba
mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang palin luas dan mudah
dimanfaatkan para peserta didik untuk membantu mencapai tujuan mereka.
5) Menempatkan
diri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan peserta didik
baik secara individu maupun kelompok (guru dijadikan tempat untuk bertanya
peserta didik tanpa peserta didik merasa takut).
6) Menanggapi
dengan baik ungkapan-ungkapan didalam kelompok kelas dan menerima baik isi yang
bersifat intelektual (tidak penuh dengan kritikan sehingga memotifasi peserta
didik untuk mengekspresikan diri).
7) Bersikap
hangat dan berusaha memahami perasaan peserta didik ( berempati) dan meluruskan
dianggap kurang relevan dengan cara yang santun.
8) Dalam
pembelajaran secara kelompok , dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam
kelompok dan mencoba mengungkapkan perasaan serta pikirannya dengan tidak
menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi
yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh peserta didik.
9) Sebagai
seorang manusia yang tidak selalu sempurna , guru mau mengenali, mengakui dan
menerima keterbatasan-keterbatasan diri dengan cara mau dan senang hati
menerima pandangan yang lebih baik dari peserta didik.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan
adanya perubahan pada diri seseorang yang ditunjukkan dalam bentuk seperti berubahnya
pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan
kemampuan, dan aspek lain yang ada pada individu. Terdapat beberapa teori
mengenai pembelajaran seperti teori behavioristik, kognitif, dan humanistik.
Teori Behavioristik menekankan pada terbentuknya
perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model
hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu
yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pembiasaan
semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila
dikenai hukuman.
Teori ini memfokuskan perhatiannya kepada bagaimana
dapat mengembangakan fungsi kognitif individu agar mereka dapat belajar dengan
maksimal. Kognitif bagi teori ini merupakan faktor pertama dan utama yang perlu
dikembangakan oleh para guru, karena kemampuan belajar peseta didik sangat
dipengaruhi oleh sejauh mana fungsi kognitif peserta didik dapat berkembang
secara maksimal melalui sentuhan proses pendidikan. pengetahuan kognitif perlu
dikaji secara mendalam oleh para calon guru dan para pendidik untuk
menyukseskan proses pembelajaran didalam kelas.
Teori belajar humanisme memfokuskan pembelajarannya
pada pembangunan kemampuan positif siswa. Teori ini membantu masing-masing
individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan
membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dala m diri mereka. Peserta
didik menjadi pelaku dalam memaknai pengalaman belajarnya sendiri. Dengan teori
ini guru dapat mengetahui teknik yang dapat mengembangkan jiwa anak didik dalam
Pembelajaran.
B.
Saran
Terdapat beberapa teori mengenai pembelajaran
seperti teori behavioristik, kognitif, dan humanistic. Namun, sayangnya dalam
proses pembelajaran yang dilakukan di negara kita terkadang tidak sesuai dan
cenderung mengabaikan teori-teori tersebut. Sehingga perlu adanya pembenahan
dan pengawasan yang memadai dari pihak pemerintah maupun masyarakat sekitar
terkait penerapan teori pembelajaran dalam proses pembelajaran saat ini.
Sebagai seorang
pengajar perlu sekali mengetahui teori-teori belajar agar pendidikan di
Indonesia menjadi semakin lebih baik di masa sekarang dan yang akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali imran (1996). Belajar dan Pembelajran. Jakarta: PT. Dunia Pustaka jaya.
Baharuddin, H dan Nurwahyuni, Esa.
(2008). Teori Belajar dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Az Ruzz Media.
Eveline Siregar dan Hartini Nara.
(2007). Buku Ajar Teori Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: MKDK FIP UNJ.
Karwono & mularsih heni.2010. Belajar dan Pembelajaran derta Pemanfaatan
Garis Belajar. Jakarta: Cerdas Jaya.
Psikologi. (2011). Toeri Belajar dan Penerapannya. [Online]. Tersedia dalam: http://psikology09b.blogspot.co.id/2011/03/teori-belajar-dan-penerapannya-dalam.html/.
[Diakses pada 21 Februari 2018].