Makalah Interaksi Sosial dan Sosialisasi
https://yuniuptt.blogspot.com/2019/01/makalah-interaksi-sosial-dan-sosialisasi.html
INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI
A. Pengertian
interaksi sosial
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dan individu,
antara individu dengan kelompok atau antara kelompok dengan kelompok dalam
berbagai bentuk seperti kerjasama, persaingan ataupun pertikaian.
1. Interaksi antara individu dengan
individu
Adalah individu yang satu
memberikan pengaruh, rangsangan/stimulus kepada individu lainnya dan
sebaliknya, individu yang terkena pengaruh itu akan memberikan reaksi,
tanggapan atau respon.
2. Interaksi antara individu dengan
kelompok
Secara konkret bentuk interaksi
sosial antara individu dengan kelompok bisa digambarkan seperti seorang guru
yang sedang berhadapan dan mengajari siswa-siswinya didalam kelas/seorang
penceramah yang sedang berpidato didepan orang banyak. Bentuk interaksi semacam
ini juga menunjukkan bahwa kepentingan seseorang individu berhadapan/bisa ada
saling keterkaitan dengan kepentingan kelompok.
3. Interaksi antar kelompok dengan
kelompok
Bentuk interaksi antara kelompok
dengan kelompok saling berhadapan dalam kepentingan, namun bisa juga ada
kepentingan individu disitu dan kepentingan dalam kelompok merupakan satu
kesatuan, berhubungan dengan kepentingan individu dalam kelompok lain.
Menurut para ahli interaksi sosial
ialah sebagai berikut :
1. Menurut
soekanto(1990), interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau
interstimulasi dan respon antar individu, antar kelompok atau individu dan
kelompok.
2. Menurut
murdiatmoko dan hadayani(2004), interaksi sosial adalah suatu hubungan antar
manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam hubungan antar
individu, antar kelompok.
3. Menurut
Kimbal Young dan Raymod W. Mack, Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang
dinamis dan menyangkut hubungan antar individu, antara individu dengan
kelompok, maupun antara kelompok dengan kelompok lainnya.
4. Menurut
Bonner Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih
yang saling mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang
lain atau sebaliknya.
B. Syarat
–syarat dan ciri-ciri Interaksi Sosial
1) Syarat-syarat
terjadinya interaksi sosial
Syarat terjadinya interaksi sosial
di bagi menjadi 3 bagian yaitu :
1. Kontak
Sosial
Merupakan awal dari terjadinya
interaksi sosial dan masing-masing pihak saling berinteraksi meskipun tidak
saling bersentuhan secara fisik. Jadi kontak tidak harus selalu berkomunikasi.
Dalam kehidupan sehari-hari dikenal beberapa macam kontak sosial yaitu :
a.
Menurut cara yang dilakukan
Kontak langsung dan kontak tidak
langsung.
b. Menurut
proses terjadinya/tingkat hubungannya
Kontak primer dan kontak sekunder.
c.
Menurut sifat
Kontak positif dan kontak negatif..
2. Komunikasi
Merupakan pengiriman pesan dan
penerimaan pesan dengan maksud untuk dapat dipahami. Proses komunikasi terjadi
pada saat kontak sosial berlangsung.
3. Tindakan
Sosial
Adalah tindakan yang mempengaruhi
individu yang mempengaruhi individu lain dalam masyarakat dan merupakan
tindakan bermakna yaitu tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan
keberadaan orang lain. Berdasarkan cara dan tujuan yang akan dilakukan, maka
tindakan sosial dapat dibedakan menjadi 4, yaitu :
a) Tindakan
rasional instrumental
Adalah tindakan sosial yang
dilakukan oleh seorang dengan memperhitungkan kesesuaian cara yang digunakan
lalu tujuan apa yang hendak dicapai dalam tindakan itu.
b) Tindakan
rasional berorientasi nilai
Merupakan tindakan yang begitu
memperhitungkan cara.
c) Tindakan
tradisional
Merupakan tindakan yang tidak
memperhitungkan pertimbangan rasional. Tindakan ini dilaksanakan karena
pertimbangan adat dan kebiasaan.
d) Tindakan
efektif
Tindakan efektif seringkali
dilakukan tanpa suatu perencanaan matang dan kesadaran penuh. Tindakan ini
muncul karena dorongan perasaan atau emosi dalam diri pelaku.
2) Ciri-ciri
Interaksi Sosial
Sistem sosial dalam masyarakat akan
membentuk suatu pola hubungan sosial yang relatif baku/tetap, apabila interaksi
sosial yang terjadi berulang-ulang dalam kurun waktu relatif lama dan diantara
para pelaku yang relatif sama. Pola seperti ini dapat dijumpai dalam bentuk
sistem nilai dan norma. Sejarah pola yang melandasi interaksi sosial adalah
tujuan yang jelas, kebutuhan yang jelas dan bermanfaat, adanya kesesuaian dan
berhasil guna, adanya kesesuaian dengan kaidah sosial yang berlaku dan dapat
disimpulkan bahwa interaksi sosial itu memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Ada
pelaku dengan jumlah lebih dari satu orang.
2. Interaksi
sosial selalu menyangkut komunikasi diantara dua pihak yaitu pengirim (sender)
dan penerima (receiver).
3. Interaksi
sosial merupakan suatu usaha untuk menciptakan pengertian diantara pengirim dan
penerima.
4. Ada
tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut.
Interaksi sosial menekankan juga pada tujuan mengubah tingkah laku orang lain
yang meliputi perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan dari penerima.
Arah Komunikasi dalam Interaksi
Sosial Menurut Gibson (1996) desain organisasi arus memungkinkan terjadinya
komunikasi 4 arah yang berbeda :
1. Komunikasi
ke bawah (down ward communication) adalah komunikasi yang mengalir dari tingkat
atas ke tingkat bawah dalam sebuah organisasi seperti kebijakan pimpinan,
instansi/memoresmi.
2. Komunikasi
keatas (up ward communication) adalah komunikasi yang mengalir dari tingkat
bawah ke tingkat atas sebuah organisasi seperti kotak saran, pertemuan kelompok
dan prosedur keluhan.
3. Komunikasi
horizontal (horizontal communication) adalah komunikasi yang mengalir melintasi
berbagai fungsi dalam organisasi.
4. Komunikasi
diagonal (diagonal communication) adalah komunikasi yang bersifat melintasi
fungsi dan tingkatan dalam organisasi.
C. Faktor-faktor
Pendorong dan bentuk Interaksi Sosial
Faktor-faktor pendorong interaksi
sosial
1. Faktor
Internal
Dorongan untuk meneruskan/mengembangkan keturunan. Secara naluriah, manusia
mempunyai dorongan nafsu birahi untuk saling tertarik dengan lawan jenis.
Dorongan ini bersifat kodrati artinya tidak usah dipelajaripun seseorang akan
mengerti sendiri dan secara sendirinya pula orang akan berpasang-pasangan untuk
meneruskan keturunannya agar tidak mengalami kepunahan.
Dorongan untuk memenuhi kebutuhan Dorongan untuk memenuhi kebutuhan manusia
memerlukan keberadaan orang lain yang akan saling memerlukan, saling tergantung
untuk saling melengkapi kebutuhan hidup.
Dorongan untuk mempertahankan hidup Dorongan untuk mempertahankan hidup ini
terutama dalam menghadapi ancaman dari luar seperti ancaman dari kelompok atau
suku bangsa lain, ataupun dari serangan binatang buas.
Dorongan untuk berkomunikasi dengan sesama Secara naluriah, manusia memerlukan
keberadaan orang lain dalam rangka saling berkomunikasi untuk mengungkapkan
keinginan yang ada dalam hati masing-masing dan secara psikologis manusia akan
merasa nyaman dan tentram bila hidup bersama-sama dan berkomunikasi dengan
orang lain dalam satu lingkungan sosial budaya.
2. Faktor
Eksternal
a. Imitasi
Imitasi dapat diartikan sebagai
suatu perbuatan atau tindakan seseorang untuk meniru sesuatu yang ada pada
orang lain.
b. Identifikasi
Merupakan kecenderungan/keinginan
dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain.
c. Sugesti
Merupakan cara pemberian suatu
pandangan/pengaruh oleh seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu
sehingga seseorang tersebut mengikuti pandangan atau pengaruh yang diberikan
tanpa berpikir panjang.
d. Simpati
Merupakan sikap keterkaitan
terhadap orang lain. Sikap ini timbul karena adanya kesesuaian antara nilai
yang dianut oleh kedua belah pihak.
e. Empati
Merupakan proses sosial yang hampir
sama dengan simpati, hanya perbedaannya adalah bahwa empati lebih melibatkan
emosi atau lebih menjiawai dalam diri seoang yang lebih daripada simpati.
f. Motivasi
Adalah suatu dorongan atau
rangsangan yang diberikan seseorang kepada orang lain sedemikian rupa sehingga
orang yang diberi motivasi tersebut menuruti atau melaksanakan yang
dimotivasikan kepadanya.
Bentuk dan Sifat Interaksi Sosial
Dalam proses interaksi sosial
menghasilkan 2 bentuk yaitu proses sosial asosiatif dan disosiatif.
1. Proses/interaksi Sosial
Asosiatif
Adalah proses sosial yang membawa ke
arah persatuan dan kerja sama. Proses ini disebut juga sebagai proses yang
positif. Beberapa proses sosial yang bersifat asosiatif adalah:
a. Akulturasi (acculturation)
Merupakan proses sosial yang timbul
akibat suatu kebudayaan asing/kebudayaan lain tanpa menyebabkan hilangnya
kepribadian kebudayaan sendiri.
b. Asimilasi
Proses asimilasi terjadi apabila
dalam masyarakat terdapat perbedaan kebudayaan diantara kedua belah pihak, ada
proses saling menyesuaikan, ada interaksi intensif antara kedua belah pihak.
c. Kerja sama (cooperation)
Merupakan bentuk yang paling utama
dalam proses interaksi sosial karena interaksi sosial yang dilakukan oleh
seorang/kelompok orang bertujuan untuk memenuhi kepentingan/kebutuhan bersama.
d. Akomodasi
Sebagai proses usaha-usaha yang
dilakukan manusia untuk meredakan atau memecahkan konflik dalam rangka mencapai
kestabilan.
2. Proses/interaksi sosial
disosiatif
Merupakan interaksi sosial yang
membawa ke arah perpecahan. Ada beberapa bentuk interaksi sosial disosiatif
yaitu :
a. Konflik Sosial/pertentangan
Dapat diartikan sebagai suatu
proses antara dua orang atau lebih, maupun kelompok berusaha menyingkirkan
pihak lain dengan jalan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.
b. Persaingan (competition)
Merupakan suatu proses sosial yang
melibatkan mencapai keuntungan melalui bidang kehidupan yang pada suatu saat
tertentu menjadi pusat perhatian umum, tanpa ancaman/kekerasan.
c. Kontrovensi
Merupakan suatu proses sosial yang
posisinya berada diantara persaingan dan konflik. Kontrovensi dapat berwujud
sikap tidak senang, baik secara terbuka/sembunyi-sembunyi.
D. Pengertian
sosialisasi
Sosialisasi adalah proses belajar
yang dilakukan seseorang atau individu untuk berbuat atau bertingkah laku
berdasarkan patokan yang terdapat yang diakui oleh masyarakat.
Sosialisasi dalam arti sempit
proses sosialisasi diartikan sebagai proses pembelajaran seseorang mengenal
lingkungan sekitarnya baik fisik maupun sosial.
Menurut para ahli sosialisasi ialah
sebagai berikut :
1. Prof.
Koentjaraningrat mengatakan sosialisasi sebagai seluruh proses
seorang individu sejak masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan,
mengenal, dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain yang hidup dalam
masyarakat sekitarnya.
2. David
f. Aberle mengatakan bahwa sosialisasi ialah pola-pola mengenai aksi
sosial atau aspek-aspek tingkah laku yang ditanamkan kepada individu
keterampilan-keterampilan (termasuk ilmu pengetahuan), motif-motif, dan
sikap-sikap, guna untuk menampilkan peranan-peranan yang sekarang atau yang
tengah diantisipasikan (dinantikan), dan yang terus berkelanjutan sepanjang
kehidupan manusia normal, sejauh peranan-peranan baru masih harus terus
dipelajari.
3. M.J
Herskovits mengatakan Sosialisasi adalah suatu proses seorang anak menyesuaikan
diri dengan norma-norma yang berlaku di lingkungan keluarganya.
4. Irvir
L. Child Mengatakan bahwa sosialisasi merupakan segenap proses yang menuntut
individu mengembangkan potensi tingkah laku aktualnya yang diyakini sebenarnya
dan telah menjadi kebiasaannya serta sesuai dengan standart dari kelompoknya.
Jadi , Sosialisasi adalah proses
mempelajari, menghayati, dan menanamkan suatu nilai, norma, peran, pola
perilaku yang diperlukan individu-individu untuk dapat berpartisipasi yang
efektif dalam kehidupan masyarakat.
Faktor yang mempengaruhi proses
sosialisasi :
1. Sifat
dasar ( watak, karakter, emosianal )
2. Lingkungan
pranatal
3. Perbedaan
perorangan ( fisik, mental, emosional, dan sosial )
4. Lingkungan
( alam, kebudayaan dan masyarakat )
5. Motivasi
E. MEDIA
YANG DIGUNAKAN DALAM BERSOSIALISASI
Media yang dapat dilakukan dalam
berosialisasi ialah sebagai berikut :
1. Keluarga
Keluarga merupakan media
sosialisasi yang pertama dan utama dalam proses sosialisasi. Dari data
penelitian sosiologi, diketahui bahwa anak-anak yang berkepribadian menyimpang
umumnya dari keluarga yang tidak harmonis. Akibatnya anak-anak tersebut cenderung
berperilaku/berkepribadian menyimpang.
Pertama-tama yang dikenal oleh
anak-anak adalah ibunya, bapaknya dan saudara-saudaranya. Kebijaksanaan
orangtua yang baik dalam proses sosialisasi anak, antara lain :
1. berusaha dekat dengan
anak-anaknya
2. mengawasi dan mengendalikan
secara wajar agar anak tidak merasa tertekan
3. mendorong agar anak mampu
membedakan benar dan salah, baik dan buruk
4. memberikan keteladanan yang baik
5. menasihati anak-anak jika
melakukan kesalahan-kesalahan dan tidak menjatuhkan hukuman di luar batas
kejawaran.
6. menanamkan nilai-nilai religi
baik dengan mempelajari agama maupun menerapkan ibadah dalam keluarga.
2. Teman Sepermainan
Teman sepermainan/sebaya juga
merupakan media sosialisasi yang cukup berpengaruh terhadap proses pembentukan
kepribadian. Anak atau remaja biasanya lebih memihak teman daripada orang tua.
Hal itu disebabkan mereka takut tidak diterima oleh kelompok temannya.Para
remaja yang terpengaruh pergaulan negatif biasanya mengembangkan kepribadian
yang menyimpang. Apabila kepribadian remaja sudah rusak akibat pergaulan
negatif, maka untuk memperbaikinya tidaklah mudah. Dengan demikian, lingkungan
pergaulan sangat berpengaruh dalam proses sosoalisasi pembentuk kepribadian.
Kelompok bermain mempunyai pengaruh besar dan berperan kuat dalam pembentukan
kepribadian anak. Dalam kelompok bermain anak akan belajar bersosialisasi
dengan teman sebayanya. Puncak pengaruh teman bermain adalah masa remaja. Para
remaja berusaha untuk melaksanakan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku
bagi kelompoknya itu berbeda dengan nilai yang berlaku pada keluarganya,
sehingga timbul konflik antara anak dengan anggota keluarganya. Hal ini terjadi
apabila para remaja lebih taat kepada nilai dan norma kelompoknya.
3. Sekolah
Lingkungan sekolah merupakan media
sosialisasi sekunder yang penting dalam pembentukan kepribadian. Suasana
pendidikan formal yang kurang kondusif, kepribadian dan cara guru mengajar yang
kurang bijaksana, gaya mengajar guru yang membosankan, serta sarana dan
prasarana belajar yang kurang memadahi, semuanya berpengaruh terhadap pembentuk
kepribadian siswa. Demikian pula, penempatan siswa dalam kelompok belajar yang
kurang tepat, kebiasaan belajar yang buruk, prestasi belajar yang tidak
memuaskan, sikap teman belajar yang kurang baik, peraturan sekolah yang terlalu
ketat, semua itu menjadi faktor penyebab timbulnya kesulitan, kecemasan,
kekecewaan dan ketidakpuasdan siswa di sekolah. Oleh karena itu, perlu
diciptakan lingkungan sekolah yang sehat dan menyenangkan. Pendidikan di
sekolah merupakan wahana sosialisasi sekunder dan merupakan tempat
berlangsungnya proses sosialisasi secara formal. Robert Dreeben berpendapat
bahwa yang dipelajari seorang anak di sekolah tidak hanya membaca, menulis, dan
berhitung saja namun juga mengenai kemandirian (independence), prestasi
(achievement), universalisme (universal) dan kekhasan / spesifitas (specifity).
4. Tempat Pekerjaan
Tempat pekerjaan juga merupakan
media sosialisasi yang tidak kal ah penting dalam proses pembentukan
kepribadian. Suasana di tempat pekerjaan, jenis beban pekerjaan, jabatan dan
gaji yang kurang kondusif, seringkali menjadi faktor penyebab timbulnya
kekecewaan, ketidakpuasan, atau stres pada para pekerja. Demikian pula
kepemimpinan yang kaku dan otoriter, sikap teman kerja yang tidak bersahabat,
berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian. Lingkungan kerja merupakan media
sosialisasi yang terakhir cukup kuat, dan efektif mempengaruhi pembentukan
kepribadian seseorang.
1. Lingkungan
kerja dalam panti asuhan
Orang yang bekerja di lingkungan
panti asuhan lama kelamaan terbentuk kepribadian dengan tipe memiliki rasa
kemanusiaan yang tinggi, sabar dan penuh rasa toleransi.
2. Lingkungan
kerja dalam perbankan
Lingkungan ini dapat membuat
seseorang menjadi sangat penuh perhitungan terutama terhadap hal-hal yang
bersifat material dan uang.
5. Masyarakat Umum
Masyarakat umum merupakan media
sosialisasi sekunder yang cukup domionan pengaruhnya terhadap proses
pembentukan kepribadian. Nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku di
masyarakat begitu banyak dan bervariasi, sehingga seringkali membingungkan
warga masyarakat.
Perubahan politik tidak jarang
merugikan masyarakat. Keadaan yang serba sulit tersebut menyebabkan individu
hidupnya diliputi rasa cemas, ketakutan, dan tidak aman.
Masyarakat umum merupakan media
sosialisasi sekunder yang cukup dominan pengaruhnya terhadap proses pembentukan
kepribadian. Nilai -nilai dan norma-norma social yang berlaku di masyarakat
begitu banyak dan bervariasi seperti adat, kebiasaan, tatakrama pergaulan,
norma agama, norma hokum, perundang-undangan, kebijakan pemerintah, semua itu
cukup berpengaruh tehadap proses sosialisasi dalam pembentukan kepribadian
masyarakat.
6. Media Massa
Media massa berperan pula sebagai
media sosialisasi. Dewasa ini, pengaruh media massa begitu kuat terhadap
kehidupan masyarakat. Media massa umumnya berisi informasi tentang berbagai
hal, seperti ilmu pengetahuan, nilai dan norma sosial, kesenian, dan unsur
budaya lainnya.
Dengan mengikuti media massa secara
intensif, maka orang akan mengetahui perkembangan masyarakat dan kebudayaannya.
Pengetahuan yang diperoleh dari media massa itu akan dijadikan pedoman dalam
mengarahkan sikap dan perilakunya
Media massa seperti media cetak,
(surat kabar, majalah, tabloid) maupun media elektronik (televisi, radio, film
dan video). Besarnya pengaruh media massa sangat tergantung pada kualitas dan
frekuensi pesan yang disampaikan.
Contoh :
1. Adegan-adegan
yang berbau pornografi telah mengikis moralitas dan meningkatkan pelanggaran
susila di dalam masyarakat.
2. Penayangan
berita-berita peperangan, film-film, dengan adegan kekerasan atau sadisme
diyakini telah banyak memicu peningkatan perilaku agresif pada anak-anak yang
menonton.
Fungsi Sosialisasi
1. Bagi
individu : agar dapat hidup secara wajar dalam kelompok masyarakat sehingga
tidak aneh dan di terima di masyarkat lain serta dapat berpartisipasi.
2. Bagi
masyarakat : menciptakan keteraturan social melalui penmungsian sosialisasi
sebagai sarana pewarisan nilai dan norma serta pengendalian sosial.