Resume Catatan Anekdot dan Sosiometri
https://yuniuptt.blogspot.com/2019/09/resume-catatan-anekdot-dan-sosiometri.html
RESUME BIMBINGAN KONSELING
“CATATAN ANEKDOT DAN SOSIOMETRI”
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan Konseling
Dosen Pengampu: Fadhilaturrahmi, M.Pd
Disusun Oleh :
RABIATUL
WAHYUNI 1686206056
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU
TAMBUSAI
2017
CATATAN ANEKDOT
A.
Pengertian catatan anekdot
Catatan anekdot
merupakan Salah satu alat untuk mengumpulkan data tentang tingkah laku yang
diluar dari kebiasaannya . atau suatu catatan yang mencatat peristiwa yang
terjadi seketika di luar kebiasaannya.
Catatan anekdot adalah
cara pengumpulan data melalui pengamatan langsung tentang sikap dan perilaku
anak yang muncul secara tiba-tiba (peristiwa yang terjadi secara insidental). Anecdotal
record(catatan kejadian khusus) merupakan uraian tertulis mengenai perilaku
yang ditampilkan oleh anak dalam situasi khusus. Catatan anekdot ditulis dengan
singkat.
B.
Ciri-ciri catatan anekdot
Mengutip pendapat
Mehrens dan Lehman (1984), Chatterji (2003) menyatakan bahwa catatan anekdot
yang baik harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Berupa deskripsi singkat peristiwa factual
2. Catatan tersebut tidak boleh mengandung kesimpulan,
pendapat, atau penilaian dari pihak pengamat.
3. Catatan tersebut harus berisi rekaman tentang critical
incident atau kejadian penting terkait si murid.penentuan nilai
penting atau kurang pentingnya suatu peristiwa ditentukan oleh tujuan
pengamatan.
4. Hanya sesudah memperoleh rekaman peristiwa dalam
jumlah yang dipandang memadai, pengamat boleh membuat kesimpulan tentang adanya
pola perilaku tertentu pada objek yang menjadi sasaran pengamatan.
Catatan anekdot terbagi
2:
1.
Catatan anekdot
instrumental
Dilakukan diluar kegiatan pembelajaran
seperti anak sedang istirahat bermain.
2.
Catatan anekdot
periodik
Dilakukan didalam kegiatan pembelajaran
seperti ketika anak meronce, menggambar.
C.
Keuntungan
menggunakan catatan anekdot untuk pendidik
1.
Pengamatan dapat bersifat terbuka.
2.
Pengamat dapat menangkap hal-hal yang tak terduga pada
saat kejadian, pencatatan dilakukan nanti setelah pembelajaran usai, sehingga
tidak mengganggu aktivitas guru.
3.
Pengamat dapat melihat dan mencatat tingkah laku khusus
dan mengabaikan perilaku yang lain.
D.
Kekuatan dan Kelemahan catatan anekdot
1.
Kekuatan catatan
anekdot
a.
Anekdot yang
tidak dapat diperoleh melalui pengukuran sistematis ini dapat mencatat
peristiwa seketika yang berarti bagi perkembangan siswa.
b.
Hasil pengamatan
yang diperoleh bersifat asli dan objektif.
c.
Dapat dipakai
untuk memahami siswa dengan lebih tepat.
2.
Kelemahan
catatan anekdot
a.
Taraf
reliabilitas catatan anekdot rendah.
b.
Menuntut banyak
waktu dan kesabaran dalam menanti munculnya suatu peristiwa, yang apabila
muncul harus dicatat seketika. Hal ini dapat menggangu perhatian dan tugas guru
yang sedang berjalan.
c.
Apabila
pencatatan tidak dilakukan seketika, objektivitas catatan bisa berkurang.
E.
Pembuatan format Catatan Anekdot (anecdotal record)
1.
Aplikasi
Prosedur Pengadministrasian Catatan Anekdot
Tahap persiapan mencakup
langkah-langkah berikut:
a.
Menentukan aspek
perilaku observasi yang akan dicatat.
b.
Aspek-aspek
perilaku tersebut, misalnya: kerjasama, ketelitian, perkelahian, membolos,
membuat gaduh, menyontek, dan sebagainya.
2.
Menentukan
bentuk catatan anekdot
Menetapkan bentuk
catatan anekdot. Berbagai bentuk catatan anekdot seperti: kartu kecil yang
berukuran setengah halaman jenis kertas folio berisi satu peristiwa, Catatan
asli merupakan bahan konfidensial, sehingga dipertanggung jawabkan
kerahasiaannya. Sedangkan kartu yang berukuran satu halaman jenis kertas folio
berisi beberapa peristiwa siswa yang sama.
3.
Tahap
Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan,
observer menyiapkan format catatan, kemudian mengambil posisi yang memudahkan
proses pencatatan. Selanjutnya observer melakukan pencatatan terhadap perilaku
khusus observi dan diusahakan agar ia tidak menyadari jika sedang diamati.
4.
Tahap Analisis
Hasil
Tahap analisis hasil
berupa pemberian komentar/interpretasi observer terhadap perilaku observi pada
suatu kejadian berdasarkan hasil pencatatan.
Beberapa
hal yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam membuat interpretasi :
Hal-hal dan cara pencatatan hasil
penilaian harian dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
Catatlah
hasil penilaian perkembangan anak pada kolom penilaian di rencana kegiatan
harian (RKH). Ada tiga kelompok anak yang perlu dicatat, kelompok pertama,
yaitu: anak yang belum mencapai atau melakukan/menyelesaikan pekerjaan masih
selalu dibantu guru, kelompok kedua, yaitu: anak yang sudah atau mampu
melakukan/menyelesaikan tugas tanpa bantuan guru secara tepat, cepat, dan
benar, dan kelompok ketiga, yaitu: anak yang menunjukkan kemampuan melebihi
indikator-indikator yang diharapkan dalam RKH.
Simbol yang digunakan
untuk mencatat tingkat pencapaian anak untuk setiap indikator adalah sebagai
berikut:
Anak yang selalu
dibantu guru dalam melakukan/menyelesaikan tugas-tugas sesuai indikator seperti
yang diharapkan dalam RKH, maka pada kolom penilaian dituliskan tanda lingkaran
kosong (O) pada nama anak bersangkutan.
Anak yang sudah atau
mampu melakukan/menyelesaikan tugas tanpa bantuan guru secara tepat, cepat, dan
benar sesuai dengan indicator seperti yang diharapkan dalam RKH, maka pada
kolom tersebut dituliskan nama anak dan tanda lingkaran berisi penuh. Anak yang
menunjukkan kemampuan sesuai dengan indikator yang tertuang dalam RKH, diberi
dengan tanda ceklis.
CONTOH CATATAN ANEKDOT
SATUAN LAYANAN PENDUKUNG
HIMPUNAN DATA (CATATAN ANEKDOT)
SAAT MENGIKUTI BIMBINGAN KLASIKAL
INFORMASI NARKOBA
Nama Siswa
|
:
|
Fr
|
Hari, tanggal
|
:
|
Rabu, 24 Oktober 2012
|
Kelas
|
:
|
XI
|
Jam
|
:
|
11.00 – 11.45 WIB
|
Deskripsi :
Saat
dilaksanakan bimbingan klasikal, siswa duduk dengan menunduk, kepala diletakkan
di atas kedua tangan di meja selama ± 3 menit. Hal itu dilakukan selama 2 kali.
Siswa juga terlihat memainkan ballpoint dengan diputar-putar di jari-jarinya
dan beberapa kali terlihat siswa melihat ke arah luar jendela. Siswa jarang
memandang konselor. Siswa tidak bereaksi ketika konselor memberi pertanyaan
ataupun tanggapan kepada seluruh siswa.
Intepretasi :
Siswa
tidak konsentrasi. Kemungkinan siswa sedang memiliki masalah yang belum
terselesaikan.
Tindak lanjut :
Siswa
perlu mendapatkan konseling.
Semarang, Oktober 2012
Guru Pembimbing,
Nugrahaning Dyah Respati, S.Psi.
NIP. 19710323 200212 2 005
SOSIOMETRI
A. Pengertian
Sosiometri
Sosiometri
merupakan metode pengumpulan data tentang pola struktur hubungan antara
hubungan antara individu-individu dalam suatu kelompok. Metode ini mula-mula
dikembangkan oleh Moreno dan Jenning. Metode ini didasarkan pada pemikiran
bahwa kelompok mempunyai struktur yang terdiri dari hubungan-hubungan
interpersonal yang kompleks.
Yang
diselidiki melalui metode ini adalah status sosial masing-masing anggota
kelompok menurut pandangna pribadi anggota yang lain dalam kelompok. Status
sosial itu tercermin dalam diterima atau tidak diterima oleh angota-anggota
kelompok. Posisi setiap individu dan hubungan-hubungan yang terjadi
dalam struktur kelompoknya dapat diukur secara kuantitatif dan kualitatif.
Hasil pengolahan sosiometri akan diperoleh gambaran jumlah skor yang diperoleh
setiap orang, pola hubungan, intensitas hubungan, dan posisi peserta didik
dalam kelompoknya.
B. Tujuan
Teknik Sosiometri
Tujuaan dari teknik sosiometri adalah:
1.
Mengassesment
hubungan interpersonal; menggali data tentang pola hubungan antar pribadi yang
mengindikasikan kulaitas tertentu.
2.
Mendeteksi
perilaku sosial yang ‘incongruen’, sehingga kesehatan mental individu
dapat diindentifikasi. Termasuk dapat pula dipakai sebagai salah satu sumber
diagnosa kesulitan belajar dan berbagai macam persoalan lain.
C. Jenis-jenis
Pengukuran Sosiometri
Dalam sosiometri terdapat 2 jenis
pengukuran sosiometri, yaitu:
1.
Kriteria
Khusus
yaitu
mengukur sikap dan perasaan terhadap anggota lain dalam kelompok dalam situasi
tertentu. Misalnya: teman yang diinginkan sebagai partner diskusi; teman yang
diinginkan saat berekreasi.
2.
Kuisioner
yaitu
mengukur sikap dan perasaan terhadap anggota lain tetapi bukan dalam situasi
khusus. Ohio Social Acceotable Scale adalah contoh kuisioner sosiometri dalam
segala situasi dengan 6 tingkat penerimaan, yaitu:
a.
Sahabat
yang baik (very, very best friend)
b.
Teman
biasa (my other friend)
c.
Bukan
teman tetapi masih berhubungan baik (not
friend, but ok)
d.
Saya
tidak kenal mereka (i don’t know them)
e.
Saya
tidak memperdulikan mereka (i don’t care
for them)
f.
Tidak
saya sukai (i hate them)
D. Syarat
Pengoperasian Sosiometri
Syarat untuk melakukan metode
sosiometri adalah:
1. Setiap anggota kelompok harus
memahami situasi kriterium/aktivitas khusus yang dijadikan ‘tema’ pengukuran
sosiometrik. Untuk membantu pemahaman semua anggota kelompok, pertanyaan
sosiometrik harus jelas dan aplikable, sehingga anggota dapat benar-benar
terlibat dalam pengukuran kualitas kelompok dengan teknik sosiometri.
Pengukuran ini memakai kriterium (aktivitas kelompok) yang jelas dan familiar
bagi anggota kelompok.
2. Anggota kelompok harus sudah saling
mengenal sehingga dapat merefleksikan sikap dan perasaan tertentu yang selama
ini cenderung dialami terhadap anggota kelompok. Semakin lama individu yang
diukur dengan sosiometri memiliki pengalaman berinteraksi dalam kelompok, hasil
pengukuran dengan sosiometri semakin bermakna (berkualitas).
3. Semakin dewasa usia individu yang
diukur dengan sosiometri hasilnya akan cenderung semakin reliable (konsisten)
dan valid (sesuai kriteria) sebab semakin dewasa kecenderungan preferensi
individu terhadap sesuatu semakin menetap.
4. Anonim: yaitu hasil pilihan setiap
orang tidak boleh diketahui oleh anggota kelompok yang lain untuk menjaga
kondisi psikologis anggota kelompok. Jika individu tahu bahwa ia adalah orang
yang terisolir atau bahkan ditolak di kelompok, akan menimbulkan dampak
psikolgis yang buruk.
E. Bentuk
Hubungan dalam Sosiometri
Berdasarkan hasil sosiogram dapat
diperoleh beberapa bentuk hubungan, yaitu:
1.
Hubungan
sosial segitiga,
menggambarkan intensitas hubungan
tiga orang individu yang cukup kuat atau intim.
2.
Hubungan
sosial terpusat,
menggambarkan tingkat popularitas
seorang individu dalam kelompoknya.
3.
Hubungan
sosial intim,
menggambarkan hubunga beberapa orang
yang saling memilh satu dengan yang lain dengan intensitas hubungan yang kuat.
4.
Hubungan
sosial berbentuk jala,
menggambarkan pola relasi yang
bersifat menyeluruh di mana setiap anggota saling saling berelasi. Bentuk
hubungan ini memiliki intensitas yang kuat, seluruh kelompok sebagai satu
kesatuan yang sukar untuk dipisahkan dan ketidakhadiran seseorang dalam
kelompok tidak akan menyebabkan perpecahan atau kerapuhan suatu kelompok.
5.
Hubungan
berbentuk rantai,
menggambarkan pola hubungan searah
atau sepihak dan tidak menyeluruh. Intensits hubungan rendah, sehingga relasi
kelompok mudah rapuh.
F. Macam/Jenis
Angket Sosiometri
1.
Nominatif
Pada
tipe ini kepada setiap individu dalam kelompok ditanyakan, siapa-siapa kawan
yang disenangi/tidak disenangi untuk diajak melakukan suatu aktivitas tertentu.
Pilihan harus ditulis berurutan dari pilihan pertama (paling disenangi),
pilihan kedua, ketiga,dst. Pilihan pertama diberi skor 3, kedua diberi skor 2,
ketiga diberi skor 1.
Hasil
pengukuran angket sosiometri nominatif diperoleh data sebagai berikut:
a. Luas tidaknya hubungan sosial
seseorang berdasarkan sedikit banyaknya mendapat pilihan dari teman-temannya.
b. Intensitas hubungan seseorang
berdasarkan nomor urutan pilihan yang ditujukan padanya.
c. Struktur hubungan yang terjadi dalam
kelompok (sosiogram)
d. Status hubungan (analisis indeks)
pemilihan, penolakan, atau status pemilihan dan penolakan.
2. Skala bertingkat
Pada
tipe skala bertingkat, disediakan sejumlah pernyataan yang disusun bertingkat,
dari pernyataan yang menyatakan hubungan paling dekat, sampai hubungan paling
jauh. Pada setiap pernyataan, individu diminta menuliskan nama salah seorang
teman nya sesuai jarak hubungannya. Pilihan pertama diberi skor 2, kedua skor
1, ketiga skor 0, keempat skor -1, kelima skor -2. Hasilnya diperoleh gambaran
status hubungan sosial setiap individu.
3. Siapa Dia
Tipe
sosiometri siapa dia, disediakan pernyataan tentang sifat-sifat individu.
Sebagai pernyataan mengungkapkan sifat positif dan sebagian negatif. Setiap
anggota diminta memilih kawannya yang memiliki sifat yang cocok dengan
pernyataan tersebut. Setiap individu dapat memilih lebih dari satu orang.
Pilhan item (+) mendapat skor 1, item (-) mendapat skor -1.
G.
Langkah Penyusunan Angket Sosiometri
Sebelum
melaksanakan proses asesmen pada pelaksanaan bimbingan dan konseling, guru
pembimbing perlu mempersiapkan dahulu alat asesmen yang akan digunakan. Pada
penggunaan angket sosiometri, guru pembimbing perlu menyusun angket sosiometri
sendiri dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini:
1. Menetapkan tujuan penggunaan angket
sosiometri merupakan langkah awal yang penting dilakukan guru pembimbing agar
dapat menetapkan tipe angket sosiometri yang apa tepat dan sesuai dengan tujuan
yang di tetapkan. Bila tujuannya untuk menetapkan pemilihan anggota kelompok
berdasarkan kedekatan maka pembimbing menggunakan tipe angket sosiometri skala
bertingkat. Bila peserta didik menetapkan pemilihan anggota kelompok
berdasarkan tingkat nominasinya maka guru pembimbing menggunakan tipe angket
sosiometri nominatif. Akan tetapi bila meminta anggota kelompok untuk mengenali
karakteristik pribadi atau sifat anggota kelompok maka guru pembimbing
menggunakan angket sosiometri tipe siapa dia.
2. Menyusun angket sosiometri sesuai
dengan pilihan tipe yang ditetapkan sesuai tujuan pelaksanaan asesmen. Hal
penting dalam menyusun angket adalah merumuskan pertanyaan atau pernyataan yang
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Apabila memilih angket soiometri
nominatif, maka guru pembimbing menetapkan pernyataan sesuai dengan data apa
yang akan dikumpulkan dari peserta didik. Apabila memilih angket sosiometri
skala bertingkat, maka guru pembimbing menetapkan pernyataan dengan
memperhatikan tingkatan pendekatan hubungan yang ingin diketahui dari peserta
didik di dalam kelompoknya. Sedangkan bila menggunakan angket sosiometri siapa
dia, maka guru pembimbing harus secara hati-hati menetapkan karakteristik
pribadi atau sifat-sifat yang ingin diketahui dari peserta didik dikelasnya.
Sebaiknya ditetapkan karakteristik atau sifat-sifat pribadi yang positif
sehingga peserta didik belajar untuk memandang orang lain secara positif dan
mampu mengenali kekuatan yang dimiliki setiap anggota kelompok dikelasnya.
Sedangkan konselor dengan mengenali berbagai potensi positf yang dimiliki
peserta didik, akan mendorong sikap optimis dalam merencanakan dan melaksanakan
layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
H.
Langkah Pengadministrasian
Tahapan
yang harus dilakukan dalam pengadministrasian penggunaan angket sosiometri pada
peserta didik memiliki beberapa tahapan yang perlu dilakukan, yaitu sebagai
berikut.
1. Persiapan
a. Menetapkan kelompok peserta didik
yang akan diukur
b. Mempersiapkan angket sosiometri
sesuai tujuan
c. Membuat satuan layanan asesmen
2. Pelaksanaan
a. Memberikan verbal seting
(menjelaskan tujuan, manfaat, dan kerahasiaan data)
b. Membagikan angket sosiometri
c. Menjelaskan cara mengerjakannya
d. Memeriksa apakah sudah benar
mengisinya
e. Mengumpulkan kembali angket setelah
selesai diisi
3. Pengolahan dan Analisis Hasil
a. Memeriksa kelengkapan hasil angket
b. Membuat tabulasi hasil dan
menghitung skor yang diperoleh setiap individu
c. Membuat sosiogram berdasarkan hasil
tabulasi skor
d. Menghitung indeks pemilihan
e. Membuat analais hubungan sosial dari
hasil sosiogram dan perolahan skor individu.
I.
Langkah Pengolahan dan Analisis
1. Memeriksa kelengkapan hasil angket
Konselor
melakukan pengecekan pada angket yang telah diisi peserta didik untuk melihat
kelengkapan data pribadi dan kelngkpan jawaban yang dibuat peserta didik,
sehingga datany memiliki kelayakanuntuk dioleh dan dianalisis.
2. Membuat tabulasi hasil dan
menghitung skor yang diperoleh
Kriteria
penetapan skor sangat ditentukan oleh jenis sosiometri yang digunakan (tipe
normatif, bertingkat,dan tipe siapa dia). Setelah diberi skor, konselor membuat
tabulasinya, sehingga dapat mudah terlihat berapa besar jumlah skor yang
diperoleh setiap peserta didik.
3. Membuat sosiogram
Sosiogram
dibuat berdasarkan hasil tabulasi yang dibuat berdasarkan urutan pemilihan
setiap anggota kelompok kepada anggota lainnyadalam kelompok tersebut.
Sosiogram dibuat untuk mempermudah melihat arah hubungan, intensitas hubungan,
bentuk hubungan, dan posisi peserta dalam kelompoknya apakah popular atau
terisolir..
4. Melakukan analisis hasil sosiogram
a. Membuat analisis hubungan sosial
dari hasil sosigram dan perolehan skor individu. Berdasarkan contoh tabulasi
dan sosiogram yang disajikan, bentuk hubunga yang terjadi adalah sebagai
berikut:
Segitiga E
– F – D – E
Terpusat A,
B, E, D F
Intim E
– F – D; A – C ; A – E saling memilih (panah bolak balik)
Jala Semua
saling memilih (tidak ada)
Rantai C
– A – F – D
Populer F
Terisolas B
b. Mengitung indeks pemilihan
Indeks
pemilihan merupakan suatu angka yang menunjukkan tinggi rendahnya pemilihan
terhadap diri seseorang di dalam interaksi kelompoknya. Populer dan
terisolirnya sesorang dalam kelompokya dapat diketahui dari besar kecilnya
status pemilihan. Sedangkan penolakan seseorang di dalam kelompoknya dapat
dilihat dari besar kecilnya indeks penolakan.
Penghitungan
status pemilihan dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan
:
N =
Jumlah anggota dalam kelompok
= Indeks status pemilih subjek
ke-n
Indeks Pm
= 0 berarti tidak ada yang memilih (terisolasi)
Indeks
Pm = 1 berarti semua anggota memilih (populer)
Indeks
pemilihan bergerak dari 0 sampai 1
Penghitungan
status penolakan dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan
:
N =
Jumlah anggota dalam kelompok
=
Indeks status penolakan subjek ke-n
Indeks Pm
= 0 berarti tidak ada yang menolak (populer)
Indeks
Pm = 1 berarti semua anggota memilih (terisolasi)
Indeks
penolakan bergerak dari -1 sampai 0
Penghitungan
status pemilihan dan penolakan dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
Keterangan
:
N =
Jumlah anggota dalam kelompok
=Indeks
status pemilih dan penolakan subjek ke-n
Indeks Pm
Pn = +1 berarti semua memilih (populer)
Indeks
Pm = 1 berarti semua anggota menolak (terisolasi)
Indeks
penolakan bergerak dari -1 sampai +1
c. Menginterpretasi hasil sosiometri
Setelah
data pada angket sosiometri ditabulasi, kemudian disajikan dalam bentuk
sosiogram. Hal-hal yang dapat ditemukan dalam sosiogram:
1) Apakah terdapat banyak pilihan
searah atau dua arah (saling memilih)
2) Apakah terdapat banyak pilihan
antara peserta didik ataukah hanya sedikit.
3) Apakah ada kelompok yang cenderung
bersifat tertutup karena banyak terdapat saling memilih sebagai pilihan pertama
dan kedua (klik).
4) Apakah ada peserta didik yang tidak
mendapat pilihan sama sekali (terisolir) atau hanya sedikit pilihan, apalagi
pilihan ketiga saja (terabaikan).
5) Apakah ada peserta didik yang
mendapat banyak pilihan, apalagi sebagai pilihan pertama. Subjek ini dapat
dianggap populer dalam kelompoknya, tetapi hanya dalam rangka kegiatan yang
menjadi kriterium.
J.
Kelebihan dan Kekurangan Sosiometri
1. Kelebihan dari sosiometri adalah
a. Konselor memiliki peluang untuk
memahami bentuk hubungan sosial yang terjadi antara peserta didik yang
dibimbingnya, dengan melihat bagaimana frekuensi hubungan yang terjadi,
bagaimana intensitas atau kedalaman hubungan yang terjadi, bagaimana posisi
popularitas peserta didik dalam kelompoknya, maupun bagaimana posisi peserta
didik yang terisolasi.
b. Informasi tentang fungsi individu
dalam kelompok yang dihasilkan oleh sosiometri objektif sebab bersumber dari
banyak individu.
c. Dengan memanfaatkan hasil
sosiometri, konselor memiliki peluang untuk melakukan beberapa proses bimbingan
untuk memperbaiki hubungan peserta didik dalam kelompoknya antara lain :
1) Memperbaiki struktur hubungan sosial
kelompok
2) Memperbaiki penyesuaian sosial
individu
3) Mempelajari akibat proses pendidikan
disekolah terhadap hubungan sosial peserta didik.
4) Mempelajari mutu kepemimpinan dala
berbagai situasi
5) Menemukan norma pergaulan antara
peserta didik yang diinginkan dalam kelompok.
2. Kekurangan dari sosiometri adalah
a. Hanya dapat diterapkan pada kelompok
peserta didik yang sudah saling mengenal dalam waktu yang cukup lama.
b. Akurasi data penggunaan sosiometri
yang sesuai tujuan sangat ditentukan oleh kemampuan guru pembimbing dalam
menyusun angket sosiometri.
c. Peserta didik tidak mudah untuk
menetapkan pilihan teman, menetapkan intensitas hubungan yang selama ini
terjadi, maupun saat menetapkan kriteria pribadi/sifat-sifat anggota kelompok
dikelasnya. Mengingat peserta didik umumnya cenderung memilih anggota kelompok
bukan atas dasar pertimbangan dengan siapa mereka berhasil dalam melakukan
kegiatan dlm kelompok, melainkan lebih didasarkanpada pertimbangan rasa simpati
dan rasa antipati
K.
Peran dan Fungsi Konselor
Pada
proses asesmen menggunakan sosiometri, konselor memiliki peran dan fungsi
sebagai :
1. Perencana, yaitu mulai dari
menetapkan tujuan pelaksanaan asesmen, pembuatan angket sosiometri, menetapkan
peserta didik sebagai sasaran asesmen, dan membuat suatu layanan asesmen
sosiometri.
2. Pelaksana, yaitu memberikan verbal
setting (menjelaskan tujuan,manfaat,dan kerahasiaan data), memandu peserta
didik dalam cara mengerjakan sehingga dapat dipastikan seluruh peserta didik
mengisinya dengan benar.
3. Melakukan pengolahan mulai dari
membuat tabulasi, sosiogram, mengitung indeks pemilihan, hingga melakukan
analisis hasil.
4. Melakukan tindak lanjut dari hasil
asesmen dengan membuat program layanan bimbingan dan konseling yang sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik.