Makalah Pendekatan Iklim Sosio Emosional
https://yuniuptt.blogspot.com/2018/06/makalah-pendekatan-iklim-sosio-emosional.html
MAKALAH PENGELOLAAN KELAS
“PENDEKATAN IKLIM SOSIO-EMOSIONAL”
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Kelas
Dosen Pengampu: Citra Ayu, M.Pd
Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
RABIATUL
WAHYUNI 1686206056
RAHMAT 1686206086
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU
TAMBUSAI
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke
hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah Pengelolaan Kelas tentang
Pendekatan Iklim Sosio-emosional. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini masih banyak kekurangan, baik dari segi isi, penulisan maupun kata-kata
yang digunakan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat
membangun guna perbaikan bagi kami dalam membuat makalah selanjutnya, akan kami
terima dengan senang hati. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Akhirnya, tiada gading yang tak retak, meskipun dalam penyusunan makalah
ini kami telah mencurahkan kemampuan, namun kami sangat menyadari bahwa hasil
penyusunan makalah ini jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan data dan
referensi maupun kemampuan kami. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
serta kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga makalah ini dapat
memenuhi syarat proses kegiatan belajar kami dalam mata kuliah Pengelolaan
Kelas dan apabila terdapat kejanggalan-kejanggalan dalam penyusunan makalah
ini. kami mohon maaf dan sekali lagi kami mengucapkan terimakasih.
Bangkinang
Kota, 9 Mei 2018
Kelompok
2
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................ 1
C. Tujuan.............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 3
A. Pengertian Pendekatan
Iklim Sosio-emosional.............................................. 3
B. Hal-Hal Yang Mendasari Penggunaan Pendekatan
Sosio Emosional............................................................................................. 7
C. Hal-Hal
Yang Meliputi Kondisi Sosio-Emosional......................................... 7
D. Cara Menciptakan Kondisi Sosio-Emosional Yang
Positf............................ 10
E.
Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Iklim Sosio-Emosional................... 13
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 14
A. Kesimpulan ................................................................................................... 14
B. Saran.............................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Seorang guru memiliki
peranan sebagai pengelola aktivitas yang harus bekerja berdasar pada kerangka
acuan pendekatan pengelolaan kelas. Mengelola kelas dalam proses pemecahan
masalah bukan terletak pada banyaknya macam kepemimpinan dan kontrol, tetapi
terletak pada ketrampilan memberikan fasilitas yang berbeda-beda untuk setiap
peserta didik. Pemecahan masalah merupakan proses penyelesaian yang beragam,
ini tergantung pada sumber permasalahan. Guru harus memiliki, memahami dan
terampil dalam menggunakan macam-macam pendekatan dalam pengelolaan kelas,
meskipun tidak semuapendekatan yang dipahami dan dimilikinya dipergunakan
bersamaan atausekaligus.
Dalam hal ini , guru
dituntut untuk terampil memilih atau bahkan memadukan pendekatan yang
menyakinkan untuk menangani kasus manajemen kelas yang tepat dengan masalah
yang dihadapi. Di kelaslah segala aspek pendidikan pengajaran bertemu dan
berproses.Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang
dansifat-sifat individualnya. Kurikulum dengan segala komponennya, dan materi serta
sumber pelajaran dengan segala pokok bahasanya bertemu dan berpadudan
berinteraksi di kelas. Bahkan hasil dari pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan
oleh apa yang terjadi di kelas. Mengingat pentingnya pendekatan dalam
pengelolaan kelas, maka pada makalah ini penulis akan membahas mengenai salah
satu pendekatan dalam pengelolaan kelas yaitu PendekatanIklim Sosio-Emosional.
B.
Rumusan Masalah
Dengan
melihat latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah. Adapun
rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagaiberikut:
1. Bagaimana pendekatan iklim sosio-emosional secara
umum ?
2.
Apa Hal-Hal Yang Mendasari Penggunaan
Pendekatan Sosio
Emosional?
3.
Apa Hal-Hal Yang
Meliputi Kondisi Sosio-Emosional?
4.
Bagaimana Cara
Menciptakan Kondisi Sosio-Emosional Yang Positf?
5. Apa
Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Iklim Sosio-Emosional?
C.
Tujuan
Adapun
tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pendekatan iklim sosio-emosional
secara umum.
2.
Untuk mengetahui
Hal-Hal Yang Mendasari Penggunaan Pendekatan
Sosio
Emosional.
3.
Untuk mengetahui
Hal-Hal Yang Meliputi Kondisi Sosio-Emosional.
4.
Untuk mengetahui
Cara Menciptakan Kondisi Sosio-Emosional Yang Positf.
5. Untuk mengetahui Kelebihan dan
Kekurangan Pendekatan Iklim Sosio-Emosional.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pendekatan Iklim Sosio-Emosional
Pendekatan iklim sosio-emosional dalam pengelolaan
kelas berakar pada psikologi penyuluhan (konseling) dan klinis sehingga
menekankan pentingnya hubungan interpersonal. Guru adalah penentu utama dari
hubungan interpersonal dan iklim (suasana) kelas. Dengan demikian, tugas yang
amat pokok bagi guru ialah membangun hubungan interpersonal dan mengembangkan
iklim sosio-emosional yang positif.
Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secarta
maksimal apabila hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas.
Hubungan tersebut meliputi hubungan antara guru dan murid serta hubungan antar
murid. Didalam hal ini guru merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut.
Oleh karena itu seharusnya guru mengembangkan iklim kelas yang baik melalui
pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas. Untuk terrciptanya hubungan guru
dengan murid yang positif, sikap mengerti dan sikap ngayomi atau sikap
melindungi.
Dalam pendekatan iklim sosio-emosional dalam
pengelolaan kelas terdapat beberapa pakar yang mengemukakan pendapatnya, yaitu
:
- Carl A.
Rogers
- Haim C.
Ginnot
- William
Glasser
- Rudolf
Dreikurs
- Menurut
Carl A. Rogers
Ide yang menyangkut ciri – ciri pendekatan iklim
sosio – emosional ini dapat dijumpai dalam tulisan – tulisan Cari Rogers.
Pokok pikiran Rogers menyatakan bahwa faktor yang amat berpengaruh terhadap
peristiwa belajar adalah mutu sikap yang ada dalam hubungan interpersonal
antara guru (sebagai fasilitator) dan siswa (sebagai pelajar). Menurut Rogers,
beberapa sikap yang perlu dimiliki guru untuk membantu siswa belajar adalah
a. Sikap
kesadaran akan diri sendiri, keterbukaan dan tidak berpura – pura,
b. Sikap
menerima, menghargai, mau membantu, dan percaya,
c. Sikap
mau mengerti dengan penuh empati.
- Menurut
Haim C. Ginnot
Selanjutnya, dalam mengembangkan iklim sosio –
emosional yang positif, Ginot menekankan pentingnya komunikasi yang dilakukan
oleh guru. Berkaitan dengan itu, guru hendaknya berbicara keadaan yang dijumpai
pada waktu itu dan tidak membicarakan pribadi atau sifat – sifat khusus siwa.
Jika guru menghadapi tingkah laku siswa yang tidak menyenangkan, maka ia
disarankan agar menjelaskan apa yang dilihatnya, apa yang dirasakannya, dan
sebaiknya dilakukan. Berkenaan dengan hal ini, Ginot memberikan beberapa saran
agar guru dapat berkomunikasi secara efektif
a. Janganlah
menilai sifat atau pribadi siswa, sebab hal ini dapat merendahkan martabat
siswa.
b. Jelaskanlah
keadaan sebagaimana adanya, nyatakanlah persaan tentang keadaan itu, dan
jelaskan harapan anda berkenaan dengan keadaan itu.
c. Kemukakanlah
perasaan yang benar-benar keluar dari hati sanubari anda untuk membangkitkan
pemahaman para siswa tentang keadaan yang mereka hadapi.
d. Hilangkanlah
kekerasan dengan himbauan kerjasama dan penyajian kesempatan bagi para siswa
untuk bertindak secara bebas.
e. Kurangilah
keengganan/penolakan siswa dengan jalan tidak memerintah atau menuntut mereka
melakukan sesuatu yang dapat membangkitkan sikap mempertahankan diri.
f. Kenalilah,
terimalah dan hormatilah ide-ide serta perasaan-perasaan siswa yang dapat
membangkitkan kesadaran akan harga diri mereka.
g. Hindarkanlah
usaha diagnosis dan pragnosis yang menghasilkan pemberian ciri – ciri tertentu
pada siswa yang seringkali tidak tepat.
h. Jelaskan
prosesnya, bukan menilai hasil-hasilnya atau orangnya. Berikanlah bimbingan
bukan kritik.
i.
Hindarilah pertanyaan-pertanyaan atau
komentar-komentar yang dapat menimbulkan kemarahan atau sikap bertahan.
j.
Hindarilah penggunaan kata-kata kasar,
sebab hal itu dapat menghilangkan harga diri siswa.
k. Tahanlah
keinginan untuk memberi pemecahan masalah yang segera terhadap masalah yang
dihadapi siswa: pakailah waktu yang tersedia untuk membimbing siswa sehingga
mereka mampu mengatasi sendiri masalah itu.
l.
Berusahalah untuk berbicara singkat saja
misalnya hindari pemberian ceramah yang panjang – lebar dan bertele – tele
karena hal itu tidak akan memotivasi siwa.
m. Perhatikan
dan amatilah pengaruh kata-kata tertentu terhadap siswa.
n. Pakailah
pujian-pujian yang bersifat menghargai siswa, karena hal itu bersifat produktif
misalnya hindarilah pemakaian pujian – pujian atas pertimbangan – pertimbangan
yang tidak wajar, karena hal itu bersifat destruktif.
o. Dengarkanlah
apa yanng dikatakan para siswa dan doronglah mereka untuk menyatakan ide – ide
dan perasaan – perasaan mereka.
- Menurut
William Glasser
Menurut Glasser (1969), menekankan pentingnya
keterlibatan guru dengan menggunakan strategi manajemen yang disebut terapi
kenyataan. Menurut Glasser, satu – satunya kebutuhan dasar yang dimiliki
oleh manusia adalah kebutuhan akan identitas diri, yaitu perasaan bahwa diri
sendiri memang dapat tegak berdiri dan penuh arti. Agar siswa dapat mencapai
pengalaman sukses di sekolah, maka siswa harus mampu mengembangkan tanggung
jawab sosial dan perasaan bahwadirinya berarti. Tanggung jawab sosial dan
perasaan berarti ini merupakan hasil dari hubungan yang baik ntara siswa dengan
orang lain. Dengan demikian, hal penting dalam pengembangan pengalaman sukses
ini adalah keterlibatan siswa. Selanjutnya, Glasser mengemukakan prosesdan 8
langkah yang dapat dilkukan guru untuk membantu siswa mengubah tingkah lakunya.
Untuk itu, guru hendaklah:
a. Secara
pribadi terlibat dalam kegiatan bersama siswa; menerima siswa yang
bersangkutan, tetapi tidak menerima tingkh lakunya yng menyimpang itu;
menyatakan kesediaan untuk membantu siswa dalam memecahkan kesulitan mereka.
b. Menjelaskan
tingkah laku siswa tanpa memberikan penilaian kepada siswa itu; yang
dibicarakan adalah masalahnya, bukan orangnya.
c. Membantu
siswa melakukan penilaian terhadap tingkah lakunya yang menimbulkan masalah
tersebut.; memusatkan perhatian pada hal – hal yang dilakukan siswa yang ikut
membantu timbulnya masalah tersebut.
d. Membantu
siswa merencanakan tindakan yang lebih baik; jika diperlukan, mengajukan
alternatif – alternatif; membantu siswa mencapai kesimpulan atau keputusan
tentang apa yang hendaknya dilakukan berdasarkan hasil penilaian terhadap
keadaan. Dengan demikian, guru mendorong timbulnya tanggung jawab pribadi.
e. Membimbing
siswa dalam melaksanakan tindakan yang dipilihnya.
f. Memberikan
penguatan apabila siswa melaksanakan rencana yang dibuatnya; mengusahakan agar
siswa tahu bahwa guru mengetahui kemajuan yang dicapai siswa.
g. Tidak
mempersoalkan alasan mengapa siswa gagal melaksanakan tindakan yang telah
direncanakannya—apabila siswa memang gagal, membantu siswa memahami bahwa siswa
itu bertanggung jawab atas tingkah lakunya sendiri; menunjukkan bahwa siswa memerlukan
rencana yang lebih baik. Menerima alasan – alasan kegagalan, berarti
mengkomunikasikan sikap bahwa guru sebenarnya kurang mau membantu.
h. Memberi
kesempatan siswa mengalami akibat-akibat dari perbuatannya yang menyimpang itu,
tetapi tidak menghukumnya; membantu siswa mencoba lagi membuat rencana yang
lebih baik dan mengharapkan tekadnya yang penuh untuk melaksanakan rencana
tersebut.
- Menurut
Rudolf Dreikurs
Ada dua hal yang amat penting yang dikemukakan oleh
Rudolf Dreikurs, yaitu
a. Penekanan
akan pentingnya suasana kelas yang demokratis, dimana guru dan siswa bersama –
sama mewujudkan rasa tanggung jawab demi kelancaran dan keberhasilan kegiatan
kelas, dan
b. Perlunya
diperlihatkan pengaruh akibat – akibat tertentu (dari suatu tindakan atau
kejadian) atas tingkah laku siswa.
B.
Hal-Hal
Yang Mendasari Penggunaan Pendekatan Sosio Emosional
Asumsi yang mendasari
penggunaan pendekatan ini adalah bahwa proses belajar mengajar yang baik
didasari oleh adanya hubungan interpersonal yang baik antara peserta didik –
guru dan atau peserta didik – peserta didik dan guru menduduki posisi penting
bagi terbentuknya iklim, sosio-emosional yang baik.
Dalam hal ini, Carl A.
Rogers mengemukakan pentingnya sikap tulus dari guru realness, genuiness,
congruence); menerima dan menghargai peserta didik sebagai manusia (acceptance,
prizing, caring, trust) dan mengerti dari sudut pandangan peserta didik sendiri
(emphatic understanding).
Sedangkan Haim C.
Ginnot mengemukakan bahwa dalam memecahkan masalah, guru berusaha untuk membicarakan
situasi, bukan pribadi pelaku pelanggaran dan mendeskripsikan apa yang ia lihat
dan rasakan; serta mendeskripsikan apa yang perlu dilakukan sebagai alternatif
penyelesaian.
Hal senada dikemukakan
William Glasser bahwa guru seyogyanya membantu mengarahkan peserta didik untuk
mendeskripsikan masalah yang dihadapi; menganalisis dan menilai masalah;
menyusun rencana pemecahannya; mengarahkan peserta didik agar committed
terhadap rencana yang telah dibuat; memupuk keberanian menanggung akibat
“kurang menyenangkan”; serta membantu peserta didik membuat rencana
penyelesaian baru yang lebih baik.
Sementara itu, Rudolf
Draikurs mengemukakan pentingnya Democratic Classroom Process, dengan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat memikul tanggung jawab;
memperlakukan peserta didik sebagai manusia yang dapat secara bijak mengambil
keputusan dengan segala konsekuensinya; dan memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk menghayati tata aturan masyarakat.
C.
Hal-Hal Yang Meliputi Kondisi Sosio-Emosional
- Tipe kepemimpinan
Peranan guru, tipe
kepemimpinan guru atau administrator akan mewarnai suasana emosional di dalam
kelas. Tipe kepemimpinan yang lebih berat pada otoriter akan menghasilkan sikap
siswa yang submissive atau apatis. Tetapi dipihak lain juga akan menumbuhkan
sikap agresif.
Kedua sikap siswa yaitu
apatis dan agresif ini dapat merupakan problema manajemen, baik yang sifatnya
individual maupun kelompok kelas sebagai keseluruhan.
Dengan tipe
kepemimpinan yang otoriter siswa hanya akan aktif jika kalau ada guru saja dan
kalau guru tidak mengawasi maka semua aktivitas menjadi menurun. Aktivitas
proses belajar mengajar sangat tergantung pada guru menuntun sangan banyak
perhatian dari guru. Tipe kepemimpinan yang cenderung pada lazier-faire
biasanya tidak produktif walaupun ada pemimpin. Kalau ada guru, siswa lebih
banyak melakukan kegiatan yang sifatnya ingin diperhatikan. Dalam kepemimpinan
tipe ini malahan biasanya aktivitas siswa lebih produktif kalau guru tidak ada.
Tipe ini biasanya lebih cocok bagi siswa yang “innerdirecterd” simana siswa
tersebut aktif, penuh kemauan, berinisiatif dan tidak selalu menunggu
pengarahan. Akan tetapi kelompok seperti ini biasanya tidak cukup banyak.
Tipe kepemimpinan guru
yang lebih menekankan kepada sikap demokratis lebih memungkinkan terbinanya
sikap persahabatan guru dan siswa denga dasar saling memahami dan saling
mempercayai. Sikap inidapat membantu tercipyanya iklim yang menguntungkan bagi
terciptanya kondisi belajar yang optimal. Siswa akan belajar secara
produktif baik pada saat ada guru maupun tidak ada guru. Dalam kondisi semacam
ini biasanya problema manajemen kelas bisa dipeerkecil sesedikit mungkin.
Dalam upaya menciptakan
dan memelihara kondisi belajar yang optimal, guru harus menempatkan diri
sebagai: model, pengembang, perencana, pembimbing, dan fasilitator (Centra,
1990).
a.
Guru sebagai
model adalah guru yang tidak menuntut banyak disiplin kaku melainkan sebagai
model. Ia mengharapkan dengan pemodelan yang ditampilkan dapat memberi
pengalaman dan keantusiasan belajar siswa. Ia tidak menekankan kepada daya
ingat terhadap apa yang dikatakan, melainkan mengingatkan siswa jika menemukan
ide atau gagasan baru pada akhir pembelajaran.
b.
Guru sebagai
pengembang adalah guru yang ahli dalam melaksanakan tugas dengan format ia
tidak membiarkan dan mengijinkan siswa bolos atau malas tanpa alasan yang sah.
Ia suka mengadakan penilain terhadap segala bidang yang dikerjakan para siswa.
c.
Guru sebagai
perencana adalah guru yang ahli dalam bidangnya, yang mengatur, kelas sebagai
tata ruang belajar. Ia memiliki pengetahuan dan wawasan luas. Ia menganggap
bahwa para siswa belajar kepadanya karena ia mempelajari sebayak mungkin apa
yang diketahui guru.
d.
Guru sebagai
pembimbing adalah guru yang saling membelajarkan antara dirinya dengan sesama
dan siswanya. Ia mengajar siswa dengan sistem sosial yang dinamis. Ia
mengharapkan ada interaksi belajar antara diri dan siswanya. Ia mengajar karena
mengetahui adanya perkembangan pribadi masing-masing individu, yang
mengembangkan suasana saling percaya kan keterbukaan.
e. sebagai fasilitator
adalah guru yang menyadari bahwa pekerjaannya merespon tujuan para siswa
sekalipun tujuan itu bervariasi. Ia kurang menyenangi apabila ada siswa yang
mendapat kesulitan belajar. Ia banyak mendengar dan bertanya kepada siswa. Ia
menginginkan siswa dapat belajar dan mencapai tujuan sesuai harapannya.
- Sikap guru
Sikap guru dalam
menghadapi siswa yang melanggar peraturan sekolah hendaknya tetap sabar, dan
tetap bersahabat dengan suatu keyakinan bahwa tingkah laku siswa akan dapat
diperbaiki. Kalaupun guru terpaksa membenci, bencilah tingkah laku siswa dan
bukan membenci siswanya iu sendiri. Terimalah siswa dengan hangat, siehingga ia
insyaf dengan akan sesalahannya. Berlakulah adil dalam bertindak. Ciptakan satu
kondisi yang menyebabkan siswa sadar akan kesalahannya sehingga ada dorongan
untuk memperbaiki kesalahannya.
- Suara guru
Suara guru, walaupun
bukan faktoryang besar, turut mempenyai pengaruh besar dalam belajar. Suara
yang melengking tnggi atau senautiasa tinggi atau demikian rendah sehingga
tidak terdengar oleh siswa secara jelas dari jarak yang agak jauh akan
mengakibatkan suasana gaduh. Keadaan seperti itu, juga akan membosankan
sehingga pelajaran cenderung tidak diperhatikan. Suara yang relative rendah
tetapi cukup jelas dengan volume suara yang penuh dan kedengarannya rileks akan
mendorong siswa untuk
memperhatikan pelajaran. Mereka yang lebih berani
mengajukan pertanyaan, melakukan percobaan sendiri, dan sebagainya. Tekanan
suara hendaknya bervariasi sehingga tidak membosankan siswa yang mendengarnya.
Hal yang penting dari itu semuanya adalah proses pembelajarannya akan semakin
terarah.
- Pembinaan hubungan
baik
Pembinaan hubungan baik
(report) antara guru dan siswa dalam masalah manajemen kelas adalah hal yang
sangat penting. Dengan terciptanya hubungan baik guru-siswa senantiasa gembira,
penuh gairah dan semangat, bersikap optimistik, realistik dalam kegiatan
belajar mengajar yang sedang dilakukan serta terbuka terhadap hal-hal yangakan
ada pada dirinya.
D.
Cara Menciptakan Kondisi Sosio-Emosional Yang Positif
Dalam pengengembangan
iklim sosio-emosional yang positif Ginot menekankan pentingnya kolinikasi yang
diselenggarakan oleh guru. Yang amat perlu diperhatikan adalah komunikasi itu
ialah bahwa guru hendaklah membicarakan keadaan yang dijumpai pada waktu itu
dan tidak membicarakan pribadi ataupun sifat-sifat siswa. Jika guru dihadapkan
pada perilaku siswa yang tidak menyenangkan, guru disarankan agar menjelaskan
apa yang dilihatnya, apa yang dirasakan, dan apa yang sebaliknya dilakukan.
Sebagai tambahan, Ginot mengemukakan sebuah daftar saran tentang cara-cara yang
hendaknya dilakukan oleh guru dalam berkomunikasi secara efektif, yaitu sebagai
berikut:
1.
Alternatif
pernyataan kepada situasi siswa, jangan menilai dirinya karena hal itu dapat
merendahkan diri siswa.
2.
Gambarkan
situasi, ungkapkan perasaan tentang situasi itu, dan jelaskan harapan mengenai
situasi tersebut.
3.
Nyatakan
perasaan yang sebenarnya yang akan meningangkatkan pengertian siswa.
4.
Hindarkan cara
memusuhi dengan cara mengundang kerja sama dan memberikan kepada siswa
kesempatan mengalami ketidak ketergantungan.
5.
Hindarkan sikap
menentang atau melawan dengan cara menghindarkan perintah atau tuntutan yang
memancing renspons defensif.
6.
Akui, terima,
dan hormati pendapat serta perasaan siswa dengan cara meningkatkan perasaan
harga dirinya.
7.
Hindarkan
diagnosis dan prognosis yang akan menilai siswa, karena itu akan melemahkan
siswa.
8.
Jelaskan proses,
dan tidak menilai produk atau pribadi, berikan bimbingan dan bukan kecaman.
9.
Hindarkan
pertanyaan dan komentar yang memungkinkan memancing sikap menolak dan
mengundang sikap menentang.
10. Tolak memberikan godaan kepada siswa pemecah yang
ditawanrkan secara buru-buru, pergunakan waktu untuk memberikan bimbingan yang
diperlukan oleh siswa untuk memecahkan masalahnya. Doronglah kemampuan untuk
mengatur diri sendiri.
11. Hilangkan sarkasme, karena hal itu akan mengurangi
harga diri peserta didik.
12. Usahakan penjelasan yang singkat, hindarkan khotbah
yang bertele-tele yang tidak akan menyakitkan motivasi.
13. Pantau dan waspadailah terhadap dampak kata-kata
yang disampaikan kepada siswa.
14. Berikan pujian yang bersifat menghargai, karena hal
itu produktif, tetapi hindarkan pujian yang bersifat menilai karena hal itu
destruktif.
15. Dengarkan apa yang diungkapkan peserta didik dan
dorong mengungkapokan buah pikiran dan perasaan.
Dan juga dalam
pengengembangan iklim sosio-emosional yang positif perlu juga adanya sikap
mengakui identitas atas keberhasilan siswa. Dinyatakan juga oleh Glasser bahwa
satu-satunya kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan identitas yaitu perasaan
berhasil dan dihargai. Untuka mencapai identitas berhasil dalam konteks
sekolah, seseorang harus mengembangkan perasaan tanggung jawab sosial dan harga
diri. Tanggungajawab sosial dan harga diri adalah hasil yang diperoleh
siswa yang telah mengembangkan hubungan baik dengan sesamanya. Jadi untuk
mengembangkan identitas keberhasilan yang penting adalah keterlibatan. Perilaku
siswa yang menyimpang adalah buah kegagalanya mengembangkan identitas
keberhasilan.
Dalam kaitan itu,
Glasser mengemukakan delapan langkah untuk membantu peserta didik mengubah
perilakunya berikut ini:
1.
Secara pribadi
melibatkan diri dengan siswa; menerima siswa tetapi bukan kepada perilakunya
yang menyimpang; menunjukkan kesediaan membantu siswa memecahakan masalah.
2.
Memberikan
uraian kepada tentang parilaku siswa; mengenai masalah tetapi tidak menilai
atau menghakimi siswa.
3.
Membantu siswa
membuat penilaian atau pendapat tentang perilakunya yang menjadi masalah itu.
Pusatkan kepada apa dilakukan oleh siswa yang menimbulakan masalah dan apa yang
menyebabkan kegagalan.
4.
Membantu siswa
merencanakan tindakan yang lebih baik; jika perlu berikan
alternatif-alternatif; bantulah siswa membuat keputusan sendiri berdasarankan
penilaiannya atas alternative-alternatif yang ada untuk mengembangkan perasaan
tanggung jawab sendiri.
5.
Membimbing siswa
mengikatkan diri dengan rencana yang telah dibuatnya.
6.
Mendorong siswa
sewaktu melakukan rencananya dan memelihara keterikatannya dengan rencana
tersebut; yakinkan siswa bahwa guru mengetahi kemajuan kemajuan yang dibuatnya.
7.
Tidak menerima
pernyataan maaf siswa apabila siswa gagal meneruskan keterikatannya; bantulah
ia memahami bahwa ia sendirilah yang bertanggungajawab atas perilakuny;
bantulah ia memahami bahwa sendirilah yang bertanggung jawab atas
perilakunya; ingatkan siswa akan perlunya rencna yang lebih baik; menerima
pernyataan maaf berarti tidak memusingkan masalah siswa.
8.
Memberikan
kesempatan kepada siswa merasakan akibat wajar dari perilakunya yang menyimpang
tetapi jangan menghukumnya; bantulah siswa mencoba lagi menyusun rencan yang
lebih baik mengikatkan diri dengan rencana tersebut.
E.
Kelebihan
dan Kekurangan Pendekatan Iklim Sosio-Emosional
1.
Kelebihan Pendekatan Iklim Sosio-Emosional
a.
Siswa merasa
nyaman di kelas kerena terjalin hubungan yang baik dengan guru.
b.
Penyelesaian
suatu masalah dipecahkan bersama melalui pertemuan kelas.
c.
Pelajaran
diyakini akan lebih mudah diterima karena siswa merasa nyaman, tentram dan aman
dengan situasi yang ada.
d.
Terbinanya sikap
demokratis.
e.
Selalu ada
penghargaan , jadi setiap kegagalan tidak akan membunuh motivasi siswa.
f.
Siswa belajar
untuk saling menghargai teman ataupun guru.
2.
Kelemahan Pendekatan Iklim Sosio-Emosional
a.
Apabila hubungan
siswa terlalu dekat dengan guru atau guru terlalu baik akan menimbulkan sikap
siswa yang terlalu bebas.
b.
Sulit untuk
memahami karakter emosi setiap siswa di kelas, maka diperlukan ketrampilan guru
yang lebih untuk membuat iklim sosio emosional yang kondusif.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendekatan iklim sosio-emosional dalam pengelolaan
kelas berakar pada psikologi penyuluhan (konseling) dan klinis sehingga
menekankan pentingnya hubungan interpersonal. Pendekatan iklim sosio-emosional
akan tercapai secara maksimal apabila hubungan antara pribadi yang baik
berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara guru dan
murid serta hubungan antar siswa. Di dalam hal ini, guru merupakan kunci
pengembangan hubungan tersebut.
Pada pendekatan iklim sosio-emosional, terdapat
beberapa pakar atau ahli yang mengemukakan pendapatnya, yaitu Carl Rogers, Haim
C. Ginnot, William Glasser, dan Rudolf Dreikurs. Carl Rogers menekankan
pentingnya mutu sikap dalam hubungan interpersonal antara guru dengan siswanya.
Haim C. Ginnot, menekankan pentingnya komunikasi yang diselenggarakan oleh
guru. William Glasser menekankan pentingnya kebutuhan akan identitas diri,
sedangkan Rudolf Dreikurs beranggapan tingkah laku dan keberhasilan siswa
tergantung pada suasana demokratis yang ada di dalam kelas.
Pendekatan iklim sosio-emosional memiliki beberapa
kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan dari pendekatan iklim
sosio-emosional adalah siswa merasa nyaman karena terbinanya hubungan yang baik
antara guru dan penyelesaian masalah dilakukan dengan pertemuan kelas.
Kelemahan pendekatan iklim sosio-emosional adalah jika hubungan siswa terlalu
dekat dengan guru atau guru terlalu baik akan menimbulkan sikap siswa yang
terlalu bebas.
B.
Saran
Dalam menerapkan pendekatan iklim sosio-emosional di
dalam kelas, guru sebaiknya memahami betul mengenai pendekatan iklim
sosio-emosional sehingga dalam penerapannya di kelas diperoleh hasil yang
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Forum
Guru Nusantara. (2012). Pendekatan
Sosial-Emosional. [Online]. Tersedia dalam: https://forumgurunusantara.blogspot.com/2012/10/pendekatan-sosial-emosional-dalam.html/
[Diakses pada 9 Mei 2018].
Matika,
Mita. (2013). Pendekatan Iklim
Sosio-Emosional. [Online]. Tersedia dalam: https://mitamatika.wordpress.com/2013/01/24/pendekatan-iklim-sosioemosional/.
[Diakses pada 9 Mei 2018].
Matta,
Lupie. (2009). Pendekatan Sosio-Emosional.
[Online]. Tersedia dalam: https://lupieucimatta.wordpress.com/2009/10/25/pendekatan-sosio-emosional/.
[Diakses pada 9 Mei 2018].