Makalah Interaksi Sosial dan Sosialisasi


INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI

A.      Pengertian interaksi sosial
            Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dan individu, antara individu dengan kelompok atau antara kelompok dengan kelompok dalam berbagai bentuk seperti kerjasama, persaingan ataupun pertikaian.
1. Interaksi antara individu dengan individu
Adalah individu yang satu memberikan pengaruh, rangsangan/stimulus kepada individu lainnya dan sebaliknya, individu yang terkena pengaruh itu akan memberikan reaksi, tanggapan atau respon.

2. Interaksi antara individu dengan kelompok

Secara konkret bentuk interaksi sosial antara individu dengan kelompok bisa digambarkan seperti seorang guru yang sedang berhadapan dan mengajari siswa-siswinya didalam kelas/seorang penceramah yang sedang berpidato didepan orang banyak. Bentuk interaksi semacam ini juga menunjukkan bahwa kepentingan seseorang individu berhadapan/bisa ada saling keterkaitan dengan kepentingan kelompok.

3. Interaksi antar kelompok dengan kelompok

Bentuk interaksi antara kelompok dengan kelompok saling berhadapan dalam kepentingan, namun bisa juga ada kepentingan individu disitu dan kepentingan dalam kelompok merupakan satu kesatuan, berhubungan dengan kepentingan individu dalam kelompok lain.
Menurut para ahli interaksi sosial ialah sebagai berikut :

1.      Menurut soekanto(1990), interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respon antar individu, antar kelompok atau individu dan kelompok.
2.      Menurut murdiatmoko dan hadayani(2004), interaksi sosial adalah suatu hubungan antar manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam hubungan antar individu, antar kelompok.
3.       Menurut Kimbal Young dan Raymod W. Mack, Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis dan menyangkut hubungan antar individu, antara individu dengan kelompok, maupun antara kelompok dengan kelompok lainnya.
4.      Menurut Bonner Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih yang saling mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.

B.     Syarat –syarat dan ciri-ciri Interaksi Sosial 

1)      Syarat-syarat terjadinya interaksi sosial
Syarat terjadinya interaksi sosial di bagi menjadi 3 bagian yaitu :
1.      Kontak Sosial
Merupakan awal dari terjadinya interaksi sosial dan masing-masing pihak saling berinteraksi meskipun tidak saling bersentuhan secara fisik. Jadi kontak tidak harus selalu berkomunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari dikenal beberapa macam kontak sosial yaitu :


a.       Menurut cara yang dilakukan 
Kontak langsung dan kontak tidak langsung.
b.      Menurut proses terjadinya/tingkat hubungannya
Kontak primer dan kontak sekunder.
c.       Menurut sifat
Kontak positif dan kontak negatif..


2.      Komunikasi
Merupakan pengiriman pesan dan penerimaan pesan dengan maksud untuk dapat dipahami. Proses komunikasi terjadi pada saat kontak sosial berlangsung.

3.      Tindakan Sosial
Adalah tindakan yang mempengaruhi individu yang mempengaruhi individu lain dalam masyarakat dan merupakan tindakan bermakna yaitu tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan keberadaan orang lain. Berdasarkan cara dan tujuan yang akan dilakukan, maka tindakan sosial dapat dibedakan menjadi 4, yaitu :


a)      Tindakan rasional instrumental
Adalah tindakan sosial yang dilakukan oleh seorang dengan memperhitungkan kesesuaian cara yang digunakan lalu tujuan apa yang hendak dicapai dalam tindakan itu.
b)      Tindakan rasional berorientasi nilai
Merupakan tindakan yang begitu memperhitungkan cara.
c)      Tindakan tradisional
Merupakan tindakan yang tidak memperhitungkan pertimbangan rasional. Tindakan ini dilaksanakan karena pertimbangan adat dan kebiasaan.
d)     Tindakan efektif
Tindakan efektif seringkali dilakukan tanpa suatu perencanaan matang dan kesadaran penuh. Tindakan ini muncul karena dorongan perasaan atau emosi dalam diri pelaku.
2)      Ciri-ciri Interaksi Sosial
Sistem sosial dalam masyarakat akan membentuk suatu pola hubungan sosial yang relatif baku/tetap, apabila interaksi sosial yang terjadi berulang-ulang dalam kurun waktu relatif lama dan diantara para pelaku yang relatif sama. Pola seperti ini dapat dijumpai dalam bentuk sistem nilai dan norma. Sejarah pola yang melandasi interaksi sosial adalah tujuan yang jelas, kebutuhan yang jelas dan bermanfaat, adanya kesesuaian dan berhasil guna, adanya kesesuaian dengan kaidah sosial yang berlaku dan dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial itu memiliki karakteristik sebagai berikut :


1.      Ada pelaku dengan jumlah lebih dari satu orang.
2.      Interaksi sosial selalu menyangkut komunikasi diantara dua pihak yaitu pengirim (sender) dan penerima (receiver).
3.      Interaksi sosial merupakan suatu usaha untuk menciptakan pengertian diantara pengirim dan penerima.
4.      Ada tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut. Interaksi sosial menekankan juga pada tujuan mengubah tingkah laku orang lain yang meliputi perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan dari penerima.



Arah Komunikasi dalam Interaksi Sosial Menurut Gibson (1996) desain organisasi arus memungkinkan terjadinya komunikasi 4 arah yang berbeda :
1.      Komunikasi ke bawah (down ward communication) adalah komunikasi yang mengalir dari tingkat atas ke tingkat bawah dalam sebuah organisasi seperti kebijakan pimpinan, instansi/memoresmi.
2.      Komunikasi keatas (up ward communication) adalah komunikasi yang mengalir dari tingkat bawah ke tingkat atas sebuah organisasi seperti kotak saran, pertemuan kelompok dan prosedur keluhan.
3.      Komunikasi horizontal (horizontal communication) adalah komunikasi yang mengalir melintasi berbagai fungsi dalam organisasi.
4.      Komunikasi diagonal (diagonal communication) adalah komunikasi yang bersifat melintasi fungsi dan tingkatan dalam organisasi.

C.    Faktor-faktor Pendorong dan bentuk Interaksi Sosial
Faktor-faktor pendorong interaksi sosial
1.      Faktor Internal
         Dorongan untuk meneruskan/mengembangkan keturunan. Secara naluriah, manusia mempunyai dorongan nafsu birahi untuk saling tertarik dengan lawan jenis. Dorongan ini bersifat kodrati artinya tidak usah dipelajaripun seseorang akan mengerti sendiri dan secara sendirinya pula orang akan berpasang-pasangan untuk meneruskan keturunannya agar tidak mengalami kepunahan.
         Dorongan untuk memenuhi kebutuhan Dorongan untuk memenuhi kebutuhan manusia memerlukan keberadaan orang lain yang akan saling memerlukan, saling tergantung untuk saling melengkapi kebutuhan hidup.
         Dorongan untuk mempertahankan hidup Dorongan untuk mempertahankan hidup ini terutama dalam menghadapi ancaman dari luar seperti ancaman dari kelompok atau suku bangsa lain, ataupun dari serangan binatang buas.
         Dorongan untuk berkomunikasi dengan sesama Secara naluriah, manusia memerlukan keberadaan orang lain dalam rangka saling berkomunikasi untuk mengungkapkan keinginan yang ada dalam hati masing-masing dan secara psikologis manusia akan merasa nyaman dan tentram bila hidup bersama-sama dan berkomunikasi dengan orang lain dalam satu lingkungan sosial budaya.

2.      Faktor Eksternal
a. Imitasi
Imitasi dapat diartikan sebagai suatu perbuatan atau tindakan seseorang untuk meniru sesuatu yang ada pada orang lain.
b. Identifikasi

Merupakan kecenderungan/keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain.
c. Sugesti

Merupakan cara pemberian suatu pandangan/pengaruh oleh seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu sehingga seseorang tersebut mengikuti pandangan atau pengaruh yang diberikan tanpa berpikir panjang.
d. Simpati

Merupakan sikap keterkaitan terhadap orang lain. Sikap ini timbul karena adanya kesesuaian antara nilai yang dianut oleh kedua belah pihak.
e. Empati

Merupakan proses sosial yang hampir sama dengan simpati, hanya perbedaannya adalah bahwa empati lebih melibatkan emosi atau lebih menjiawai dalam diri seoang yang lebih daripada simpati.
f. Motivasi

Adalah suatu dorongan atau rangsangan yang diberikan seseorang kepada orang lain sedemikian rupa sehingga orang yang diberi motivasi tersebut menuruti atau melaksanakan yang dimotivasikan kepadanya.

Bentuk dan Sifat Interaksi Sosial

Dalam proses interaksi sosial menghasilkan 2 bentuk yaitu proses sosial asosiatif dan disosiatif.

1. Proses/interaksi Sosial Asosiatif

Adalah proses sosial yang membawa ke arah persatuan dan kerja sama. Proses ini disebut juga sebagai proses yang positif. Beberapa proses sosial yang bersifat asosiatif adalah:
a. Akulturasi (acculturation)

Merupakan proses sosial yang timbul akibat suatu kebudayaan asing/kebudayaan lain tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan sendiri.
b. Asimilasi
Proses asimilasi terjadi apabila dalam masyarakat terdapat perbedaan kebudayaan diantara kedua belah pihak, ada proses saling menyesuaikan, ada interaksi intensif antara kedua belah pihak.
c. Kerja sama (cooperation)

Merupakan bentuk yang paling utama dalam proses interaksi sosial karena interaksi sosial yang dilakukan oleh seorang/kelompok orang bertujuan untuk memenuhi kepentingan/kebutuhan bersama.
d. Akomodasi

Sebagai proses usaha-usaha yang dilakukan manusia untuk meredakan atau memecahkan konflik dalam rangka mencapai kestabilan.

2. Proses/interaksi sosial disosiatif

Merupakan interaksi sosial yang membawa ke arah perpecahan. Ada beberapa bentuk interaksi sosial disosiatif yaitu :

a. Konflik Sosial/pertentangan

Dapat diartikan sebagai suatu proses antara dua orang atau lebih, maupun kelompok berusaha menyingkirkan pihak lain dengan jalan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.

b. Persaingan (competition)

Merupakan suatu proses sosial yang melibatkan mencapai keuntungan melalui bidang kehidupan yang pada suatu saat tertentu menjadi pusat perhatian umum, tanpa ancaman/kekerasan.

c. Kontrovensi

Merupakan suatu proses sosial yang posisinya berada diantara persaingan dan konflik. Kontrovensi dapat berwujud sikap tidak senang, baik secara terbuka/sembunyi-sembunyi.






D.    Pengertian sosialisasi
Sosialisasi adalah proses belajar yang dilakukan seseorang atau individu untuk berbuat atau bertingkah laku berdasarkan patokan yang terdapat yang diakui oleh masyarakat.
Sosialisasi dalam arti sempit proses sosialisasi diartikan sebagai proses pembelajaran seseorang mengenal lingkungan sekitarnya baik fisik maupun sosial.
Menurut para ahli sosialisasi ialah sebagai berikut :
1.      Prof. Koentjaraningrat  mengatakan  sosialisasi sebagai seluruh proses seorang individu sejak masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal, dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain yang hidup dalam masyarakat sekitarnya.
2.      David f. Aberle mengatakan  bahwa sosialisasi ialah pola-pola mengenai aksi sosial atau aspek-aspek tingkah laku yang ditanamkan kepada individu keterampilan-keterampilan (termasuk ilmu pengetahuan), motif-motif, dan sikap-sikap, guna untuk menampilkan peranan-peranan yang sekarang atau yang tengah diantisipasikan (dinantikan), dan yang terus berkelanjutan sepanjang kehidupan manusia normal, sejauh peranan-peranan baru masih harus terus dipelajari.
3.      M.J Herskovits mengatakan Sosialisasi adalah suatu proses seorang anak menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku di lingkungan keluarganya.
4.      Irvir L. Child Mengatakan bahwa sosialisasi merupakan segenap proses yang menuntut individu mengembangkan potensi tingkah laku aktualnya yang diyakini sebenarnya dan telah menjadi kebiasaannya serta sesuai dengan standart dari kelompoknya.
Jadi , Sosialisasi adalah proses mempelajari, menghayati, dan menanamkan suatu nilai, norma, peran, pola perilaku yang diperlukan individu-individu untuk dapat berpartisipasi yang efektif dalam kehidupan masyarakat.
Faktor yang mempengaruhi proses sosialisasi :
1.      Sifat dasar ( watak, karakter, emosianal )
2.      Lingkungan pranatal
3.      Perbedaan perorangan ( fisik, mental, emosional, dan sosial )
4.      Lingkungan ( alam, kebudayaan dan masyarakat )
5.      Motivasi

E.     MEDIA YANG DIGUNAKAN DALAM BERSOSIALISASI
Media yang dapat dilakukan dalam berosialisasi ialah sebagai berikut :
1. Keluarga
Keluarga merupakan media sosialisasi yang pertama dan utama dalam proses sosialisasi. Dari data penelitian sosiologi, diketahui bahwa anak-anak yang berkepribadian menyimpang umumnya dari keluarga yang tidak harmonis. Akibatnya anak-anak tersebut cenderung berperilaku/berkepribadian menyimpang.
Pertama-tama yang dikenal oleh anak-anak adalah ibunya, bapaknya dan saudara-saudaranya. Kebijaksanaan orangtua yang baik dalam proses sosialisasi anak, antara lain :
1. berusaha dekat dengan anak-anaknya
2. mengawasi dan mengendalikan secara wajar agar anak tidak merasa tertekan
3. mendorong agar anak mampu membedakan benar dan salah, baik dan buruk
4. memberikan keteladanan yang baik
5. menasihati anak-anak jika melakukan kesalahan-kesalahan dan tidak menjatuhkan hukuman di luar batas kejawaran.
6. menanamkan nilai-nilai religi baik dengan mempelajari agama maupun menerapkan ibadah dalam keluarga.

2. Teman Sepermainan
Teman sepermainan/sebaya juga merupakan media sosialisasi yang cukup berpengaruh terhadap proses pembentukan kepribadian. Anak atau remaja biasanya lebih memihak teman daripada orang tua. Hal itu disebabkan mereka takut tidak diterima oleh kelompok temannya.Para remaja yang terpengaruh pergaulan negatif biasanya mengembangkan kepribadian yang menyimpang. Apabila kepribadian remaja sudah rusak akibat pergaulan negatif, maka untuk memperbaikinya tidaklah mudah. Dengan demikian, lingkungan pergaulan sangat berpengaruh dalam proses sosoalisasi pembentuk kepribadian. Kelompok bermain mempunyai pengaruh besar dan berperan kuat dalam pembentukan kepribadian anak. Dalam kelompok bermain anak akan belajar bersosialisasi dengan teman sebayanya. Puncak pengaruh teman bermain adalah masa remaja. Para remaja berusaha untuk melaksanakan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku bagi kelompoknya itu berbeda dengan nilai yang berlaku pada keluarganya, sehingga timbul konflik antara anak dengan anggota keluarganya. Hal ini terjadi apabila para remaja lebih taat kepada nilai dan norma kelompoknya.

3. Sekolah
Lingkungan sekolah merupakan media sosialisasi sekunder yang penting dalam pembentukan kepribadian. Suasana pendidikan formal yang kurang kondusif, kepribadian dan cara guru mengajar yang kurang bijaksana, gaya mengajar guru yang membosankan, serta sarana dan prasarana belajar yang kurang memadahi, semuanya berpengaruh terhadap pembentuk kepribadian siswa. Demikian pula, penempatan siswa dalam kelompok belajar yang kurang tepat, kebiasaan belajar yang buruk, prestasi belajar yang tidak memuaskan, sikap teman belajar yang kurang baik, peraturan sekolah yang terlalu ketat, semua itu menjadi faktor penyebab timbulnya kesulitan, kecemasan, kekecewaan dan ketidakpuasdan siswa di sekolah. Oleh karena itu, perlu diciptakan lingkungan sekolah yang sehat dan menyenangkan. Pendidikan di sekolah merupakan wahana sosialisasi sekunder dan merupakan tempat berlangsungnya proses sosialisasi secara formal. Robert Dreeben berpendapat bahwa yang dipelajari seorang anak di sekolah tidak hanya membaca, menulis, dan berhitung saja namun juga mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme (universal) dan kekhasan / spesifitas (specifity).

4. Tempat Pekerjaan
Tempat pekerjaan juga merupakan media sosialisasi yang tidak kal ah penting dalam proses pembentukan kepribadian. Suasana di tempat pekerjaan, jenis beban pekerjaan, jabatan dan gaji yang kurang kondusif, seringkali menjadi faktor penyebab timbulnya kekecewaan, ketidakpuasan, atau stres pada para pekerja. Demikian pula kepemimpinan yang kaku dan otoriter, sikap teman kerja yang tidak bersahabat, berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian. Lingkungan kerja merupakan media sosialisasi yang terakhir cukup kuat, dan efektif mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang.
1.      Lingkungan kerja dalam panti asuhan
Orang yang bekerja di lingkungan panti asuhan lama kelamaan terbentuk kepribadian dengan tipe memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, sabar dan penuh rasa toleransi.
2.      Lingkungan kerja dalam perbankan
Lingkungan ini dapat membuat seseorang menjadi sangat penuh perhitungan terutama terhadap hal-hal yang bersifat material dan uang.



5. Masyarakat Umum
Masyarakat umum merupakan media sosialisasi sekunder yang cukup domionan pengaruhnya terhadap proses pembentukan kepribadian. Nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat begitu banyak dan bervariasi, sehingga seringkali membingungkan warga masyarakat.
Perubahan politik tidak jarang merugikan masyarakat. Keadaan yang serba sulit tersebut menyebabkan individu hidupnya diliputi rasa cemas, ketakutan, dan tidak aman.
Masyarakat umum merupakan media sosialisasi sekunder yang cukup dominan pengaruhnya terhadap proses pembentukan kepribadian. Nilai -nilai dan norma-norma social yang berlaku di masyarakat begitu banyak dan bervariasi seperti adat, kebiasaan, tatakrama pergaulan, norma agama, norma hokum, perundang-undangan, kebijakan pemerintah, semua itu cukup berpengaruh tehadap proses sosialisasi dalam pembentukan kepribadian masyarakat.

6. Media Massa
Media massa berperan pula sebagai media sosialisasi. Dewasa ini, pengaruh media massa begitu kuat terhadap kehidupan masyarakat. Media massa umumnya berisi informasi tentang berbagai hal, seperti ilmu pengetahuan, nilai dan norma sosial, kesenian, dan unsur budaya lainnya.
Dengan mengikuti media massa secara intensif, maka orang akan mengetahui perkembangan masyarakat dan kebudayaannya. Pengetahuan yang diperoleh dari media massa itu akan dijadikan pedoman dalam mengarahkan sikap dan perilakunya
Media massa seperti media cetak, (surat kabar, majalah, tabloid) maupun media elektronik (televisi, radio, film dan video). Besarnya pengaruh media massa sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.
Contoh :
1.      Adegan-adegan yang berbau pornografi telah mengikis moralitas dan meningkatkan pelanggaran susila di dalam masyarakat.
2.      Penayangan berita-berita peperangan, film-film, dengan adegan kekerasan atau sadisme diyakini telah banyak memicu peningkatan perilaku agresif pada anak-anak yang menonton.
Fungsi Sosialisasi
1.      Bagi individu : agar dapat hidup secara wajar dalam kelompok masyarakat sehingga tidak aneh dan di terima di masyarkat lain serta dapat berpartisipasi.
2.      Bagi masyarakat : menciptakan keteraturan social melalui penmungsian sosialisasi sebagai sarana pewarisan nilai dan norma serta pengendalian sosial.


Related

Materi Kuliah S1 PGSD 411165433494184189

Post a Comment

emo-but-icon

Hot in week

Recent

Comments

item