Makalah Pendekatan Iklim Sosio Emosional


Assalamualaikum
berikut saya bagikan materi kuliah mata kuliah pengelolaan kelas denga judul Pendekatan Iklim Sosio Emosional. Semoga bermanfaat dan bisa menjadi referensi kawan-kawan semuanya.



MAKALAH PENGELOLAAN KELAS
“PENDEKATAN IKLIM SOSIO-EMOSIONAL”



Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Kelas
Dosen Pengampu: Citra Ayu, M.Pd




Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
RABIATUL WAHYUNI     1686206056
RAHMAT                              1686206086









PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
2018

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah  Pengelolaan Kelas tentang Pendekatan Iklim Sosio-emosional. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari segi isi, penulisan maupun kata-kata yang digunakan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan bagi kami dalam membuat makalah selanjutnya, akan kami terima dengan senang hati. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Akhirnya, tiada gading yang tak retak, meskipun dalam penyusunan makalah ini kami telah mencurahkan kemampuan, namun kami sangat menyadari bahwa hasil penyusunan makalah ini jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan data dan referensi maupun kemampuan kami. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran serta kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga makalah ini dapat memenuhi syarat proses kegiatan belajar kami dalam mata kuliah Pengelolaan Kelas dan apabila terdapat kejanggalan-kejanggalan dalam penyusunan makalah ini. kami mohon maaf dan sekali lagi kami mengucapkan terimakasih.
                                                                          
                                                   Bangkinang Kota, 9 Mei 2018
                                                   Kelompok 2

DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................ 1
C. Tujuan.............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 3
A.    Pengertian Pendekatan Iklim Sosio-emosional.............................................. 3
B.  Hal-Hal Yang Mendasari Penggunaan Pendekatan
Sosio Emosional............................................................................................. 7   
C.  Hal-Hal Yang Meliputi Kondisi Sosio-Emosional......................................... 7
D.  Cara Menciptakan Kondisi Sosio-Emosional Yang Positf............................ 10
E. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Iklim Sosio-Emosional................... 13
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 14  
A.    Kesimpulan ................................................................................................... 14
B.     Saran.............................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 15

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Seorang guru memiliki peranan sebagai pengelola aktivitas yang harus bekerja berdasar pada kerangka acuan pendekatan pengelolaan kelas. Mengelola kelas dalam proses pemecahan masalah bukan terletak pada banyaknya macam kepemimpinan dan kontrol, tetapi terletak pada ketrampilan memberikan fasilitas yang berbeda-beda untuk setiap peserta didik. Pemecahan masalah merupakan proses penyelesaian yang beragam, ini tergantung pada sumber permasalahan. Guru harus memiliki, memahami dan terampil dalam menggunakan macam-macam pendekatan dalam pengelolaan kelas, meskipun tidak semuapendekatan yang dipahami dan dimilikinya dipergunakan bersamaan atausekaligus.
Dalam hal ini , guru dituntut untuk terampil memilih atau bahkan memadukan pendekatan yang menyakinkan untuk menangani kasus manajemen kelas yang tepat dengan masalah yang dihadapi. Di kelaslah segala aspek pendidikan pengajaran bertemu dan berproses.Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dansifat-sifat individualnya. Kurikulum dengan segala komponennya, dan materi serta sumber pelajaran dengan segala pokok bahasanya bertemu dan berpadudan berinteraksi di kelas. Bahkan hasil dari pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan oleh apa yang terjadi di kelas. Mengingat pentingnya pendekatan dalam pengelolaan kelas, maka pada makalah ini penulis akan membahas mengenai salah satu pendekatan dalam pengelolaan kelas yaitu PendekatanIklim Sosio-Emosional.

B.     Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah. Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagaiberikut:
1.      Bagaimana pendekatan iklim sosio-emosional secara umum ?
2.      Apa Hal-Hal Yang Mendasari Penggunaan Pendekatan Sosio Emosional?  
3.      Apa Hal-Hal Yang Meliputi Kondisi Sosio-Emosional?
4.      Bagaimana Cara Menciptakan Kondisi Sosio-Emosional Yang Positf?
5.      Apa Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Iklim Sosio-Emosional?

C.    Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui pendekatan iklim sosio-emosional secara umum.
2.      Untuk mengetahui Hal-Hal Yang Mendasari Penggunaan Pendekatan Sosio Emosional.   
3.      Untuk mengetahui Hal-Hal Yang Meliputi Kondisi Sosio-Emosional.
4.      Untuk mengetahui Cara Menciptakan Kondisi Sosio-Emosional Yang Positf.
5.      Untuk mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Iklim Sosio-Emosional.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pendekatan Iklim Sosio-Emosional
Pendekatan iklim sosio-emosional dalam pengelolaan kelas berakar pada psikologi penyuluhan (konseling) dan klinis sehingga menekankan pentingnya hubungan interpersonal. Guru adalah penentu utama dari hubungan interpersonal dan iklim (suasana) kelas. Dengan demikian, tugas yang amat pokok bagi guru ialah membangun hubungan interpersonal dan mengembangkan iklim sosio-emosional yang positif.
Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secarta maksimal apabila hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara guru dan murid serta hubungan antar murid. Didalam hal ini guru merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut. Oleh karena itu seharusnya guru mengembangkan iklim kelas yang baik melalui pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas. Untuk terrciptanya hubungan guru dengan murid yang positif, sikap mengerti dan sikap ngayomi atau sikap melindungi.
Dalam pendekatan iklim sosio-emosional dalam pengelolaan kelas terdapat beberapa pakar yang mengemukakan pendapatnya, yaitu :
  1. Carl A. Rogers
  2. Haim C. Ginnot
  3. William Glasser
  4. Rudolf Dreikurs
  
  1. Menurut Carl A. Rogers
Ide yang menyangkut ciri – ciri pendekatan iklim sosio – emosional  ini dapat dijumpai dalam tulisan – tulisan Cari Rogers. Pokok pikiran Rogers menyatakan bahwa faktor yang amat berpengaruh terhadap peristiwa belajar adalah mutu sikap yang ada dalam hubungan interpersonal antara guru (sebagai fasilitator) dan siswa (sebagai pelajar). Menurut Rogers, beberapa sikap yang perlu dimiliki guru untuk membantu siswa belajar adalah
a.       Sikap kesadaran akan diri sendiri, keterbukaan dan tidak berpura – pura,
b.      Sikap menerima, menghargai, mau membantu, dan percaya,

c.       Sikap mau mengerti dengan penuh empati.

  1. Menurut Haim C. Ginnot
Selanjutnya, dalam mengembangkan iklim sosio – emosional yang positif, Ginot menekankan pentingnya komunikasi yang dilakukan oleh guru. Berkaitan dengan itu, guru hendaknya berbicara keadaan yang dijumpai pada waktu itu dan tidak membicarakan pribadi atau sifat – sifat khusus siwa. Jika guru menghadapi tingkah laku siswa yang tidak menyenangkan, maka ia disarankan agar menjelaskan apa yang dilihatnya, apa yang dirasakannya, dan sebaiknya dilakukan. Berkenaan dengan hal ini, Ginot memberikan beberapa saran agar guru dapat berkomunikasi secara efektif
a.       Janganlah menilai sifat atau pribadi siswa, sebab hal ini dapat merendahkan martabat siswa.
b.      Jelaskanlah keadaan sebagaimana adanya, nyatakanlah persaan tentang keadaan itu, dan jelaskan harapan anda berkenaan dengan keadaan itu.
c.       Kemukakanlah perasaan yang benar-benar keluar dari hati sanubari anda untuk membangkitkan pemahaman para siswa tentang keadaan yang mereka hadapi.
d.      Hilangkanlah kekerasan dengan himbauan kerjasama dan penyajian kesempatan bagi para siswa untuk bertindak secara bebas.
e.       Kurangilah keengganan/penolakan siswa dengan jalan tidak memerintah atau menuntut mereka melakukan sesuatu yang dapat membangkitkan sikap mempertahankan diri.
f.       Kenalilah, terimalah dan hormatilah ide-ide serta perasaan-perasaan siswa yang dapat membangkitkan kesadaran akan harga diri mereka.
g.      Hindarkanlah usaha diagnosis dan pragnosis yang menghasilkan pemberian ciri – ciri tertentu pada siswa yang seringkali tidak tepat.
h.      Jelaskan prosesnya, bukan menilai hasil-hasilnya atau orangnya. Berikanlah bimbingan bukan kritik.
i.        Hindarilah pertanyaan-pertanyaan atau komentar-komentar yang dapat menimbulkan kemarahan atau sikap bertahan.
j.        Hindarilah penggunaan kata-kata kasar, sebab hal itu dapat menghilangkan harga diri siswa.

k.      Tahanlah keinginan untuk memberi pemecahan masalah yang segera terhadap masalah yang dihadapi siswa: pakailah waktu yang tersedia untuk membimbing siswa sehingga mereka mampu mengatasi sendiri masalah itu.
l.        Berusahalah untuk berbicara singkat saja misalnya hindari pemberian ceramah yang panjang – lebar dan bertele – tele karena hal itu tidak akan memotivasi siwa.
m.    Perhatikan dan amatilah pengaruh kata-kata tertentu terhadap siswa.
n.      Pakailah pujian-pujian yang bersifat menghargai siswa, karena hal itu bersifat produktif misalnya hindarilah pemakaian pujian – pujian atas pertimbangan – pertimbangan yang tidak wajar, karena hal itu bersifat destruktif.
o.      Dengarkanlah apa yanng dikatakan para siswa dan doronglah mereka untuk menyatakan ide – ide dan perasaan – perasaan  mereka.

  1. Menurut William Glasser
Menurut Glasser (1969), menekankan pentingnya keterlibatan guru dengan menggunakan strategi manajemen yang disebut terapi kenyataan. Menurut Glasser, satu – satunya kebutuhan dasar  yang dimiliki oleh manusia adalah kebutuhan akan identitas diri, yaitu perasaan bahwa diri sendiri memang dapat tegak berdiri dan penuh arti. Agar siswa dapat mencapai pengalaman sukses di sekolah, maka siswa harus mampu mengembangkan tanggung jawab sosial dan perasaan bahwadirinya berarti. Tanggung jawab sosial dan perasaan berarti ini merupakan hasil dari hubungan yang baik ntara siswa dengan orang lain. Dengan demikian, hal penting dalam pengembangan pengalaman sukses ini adalah keterlibatan siswa. Selanjutnya, Glasser mengemukakan prosesdan 8 langkah yang dapat dilkukan guru untuk membantu siswa mengubah tingkah lakunya. Untuk itu, guru hendaklah:
a.       Secara pribadi terlibat dalam kegiatan bersama siswa; menerima siswa yang bersangkutan, tetapi tidak menerima tingkh lakunya yng menyimpang itu; menyatakan kesediaan untuk membantu siswa dalam memecahkan kesulitan mereka.
b.      Menjelaskan tingkah laku siswa tanpa memberikan penilaian kepada siswa itu; yang dibicarakan adalah masalahnya, bukan orangnya.

c.       Membantu siswa melakukan penilaian terhadap tingkah lakunya yang menimbulkan masalah tersebut.; memusatkan perhatian pada hal – hal yang dilakukan siswa yang ikut membantu timbulnya masalah tersebut.
d.      Membantu siswa merencanakan tindakan yang lebih baik; jika diperlukan, mengajukan alternatif – alternatif; membantu siswa mencapai kesimpulan atau keputusan tentang apa yang hendaknya dilakukan berdasarkan hasil penilaian terhadap keadaan. Dengan demikian, guru mendorong timbulnya tanggung jawab pribadi.
e.       Membimbing siswa dalam melaksanakan tindakan yang dipilihnya.
f.       Memberikan penguatan apabila siswa melaksanakan rencana yang dibuatnya; mengusahakan agar siswa tahu bahwa guru mengetahui kemajuan yang dicapai siswa.
g.      Tidak mempersoalkan alasan mengapa siswa gagal melaksanakan tindakan yang telah direncanakannya—apabila siswa memang gagal, membantu siswa memahami bahwa siswa itu bertanggung jawab atas tingkah lakunya sendiri; menunjukkan bahwa siswa memerlukan rencana yang lebih baik. Menerima alasan – alasan kegagalan, berarti mengkomunikasikan sikap bahwa guru sebenarnya kurang mau membantu.
h.      Memberi kesempatan siswa mengalami akibat-akibat dari perbuatannya yang menyimpang itu, tetapi tidak menghukumnya; membantu siswa mencoba lagi membuat rencana yang lebih baik dan mengharapkan tekadnya yang penuh untuk melaksanakan rencana tersebut.

  1. Menurut Rudolf Dreikurs
Ada dua hal yang amat penting yang dikemukakan oleh Rudolf Dreikurs, yaitu
a.       Penekanan akan pentingnya suasana kelas yang demokratis, dimana guru dan siswa bersama – sama mewujudkan rasa tanggung jawab demi kelancaran dan keberhasilan kegiatan kelas, dan
b.      Perlunya diperlihatkan pengaruh akibat – akibat tertentu (dari suatu tindakan atau kejadian) atas tingkah laku siswa.

B.     Hal-Hal Yang Mendasari Penggunaan Pendekatan Sosio Emosional
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa proses belajar mengajar yang baik didasari oleh adanya hubungan interpersonal yang baik antara peserta didik – guru dan atau peserta didik – peserta didik dan guru menduduki posisi penting bagi terbentuknya iklim, sosio-emosional yang baik.
Dalam hal ini, Carl A. Rogers mengemukakan pentingnya sikap tulus dari guru realness, genuiness, congruence); menerima dan menghargai peserta didik sebagai manusia (acceptance, prizing, caring, trust) dan mengerti dari sudut pandangan peserta didik sendiri (emphatic understanding).
Sedangkan Haim C. Ginnot mengemukakan bahwa dalam memecahkan masalah, guru berusaha untuk membicarakan situasi, bukan pribadi pelaku pelanggaran dan mendeskripsikan apa yang ia lihat dan rasakan; serta mendeskripsikan apa yang perlu dilakukan sebagai alternatif penyelesaian.
Hal senada dikemukakan William Glasser bahwa guru seyogyanya membantu mengarahkan peserta didik untuk mendeskripsikan masalah yang dihadapi; menganalisis dan menilai masalah; menyusun rencana pemecahannya; mengarahkan peserta didik agar committed terhadap rencana yang telah dibuat; memupuk keberanian menanggung akibat “kurang menyenangkan”; serta membantu peserta didik membuat rencana penyelesaian baru yang lebih baik.
Sementara itu, Rudolf Draikurs mengemukakan pentingnya Democratic Classroom Process, dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat memikul tanggung jawab; memperlakukan peserta didik sebagai manusia yang dapat secara bijak mengambil keputusan dengan segala konsekuensinya; dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menghayati tata aturan masyarakat.

C.    Hal-Hal Yang Meliputi Kondisi Sosio-Emosional
  1. Tipe kepemimpinan
Peranan guru, tipe kepemimpinan guru atau administrator akan mewarnai suasana emosional di dalam kelas. Tipe kepemimpinan yang lebih berat pada otoriter akan menghasilkan sikap siswa yang submissive atau apatis. Tetapi dipihak lain juga akan menumbuhkan sikap agresif.

Kedua sikap siswa yaitu apatis dan agresif ini dapat merupakan problema manajemen, baik yang sifatnya individual maupun kelompok kelas sebagai keseluruhan.
Dengan tipe kepemimpinan yang otoriter siswa hanya akan aktif jika kalau ada guru saja dan kalau guru tidak mengawasi maka semua aktivitas menjadi menurun. Aktivitas proses belajar mengajar sangat tergantung pada guru menuntun sangan banyak perhatian dari guru. Tipe kepemimpinan yang cenderung pada lazier-faire biasanya tidak produktif walaupun ada pemimpin. Kalau ada guru, siswa lebih banyak melakukan kegiatan yang sifatnya ingin diperhatikan. Dalam kepemimpinan tipe ini malahan biasanya aktivitas siswa lebih produktif kalau guru tidak ada. Tipe ini biasanya lebih cocok bagi siswa yang “innerdirecterd” simana siswa tersebut aktif, penuh kemauan, berinisiatif dan tidak selalu menunggu pengarahan. Akan tetapi kelompok seperti ini biasanya tidak cukup banyak.
Tipe kepemimpinan guru yang lebih menekankan kepada sikap demokratis lebih memungkinkan terbinanya sikap persahabatan guru dan siswa denga dasar saling memahami dan saling mempercayai. Sikap inidapat membantu tercipyanya iklim yang menguntungkan bagi terciptanya  kondisi belajar yang optimal. Siswa akan belajar secara produktif baik pada saat ada guru maupun tidak ada guru. Dalam kondisi semacam ini biasanya problema manajemen kelas bisa dipeerkecil sesedikit mungkin.
Dalam upaya menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, guru harus menempatkan diri sebagai: model, pengembang, perencana, pembimbing, dan fasilitator (Centra, 1990).
a.       Guru sebagai model adalah guru yang tidak menuntut banyak disiplin kaku melainkan sebagai model. Ia mengharapkan dengan pemodelan yang ditampilkan dapat memberi pengalaman dan keantusiasan belajar siswa. Ia tidak menekankan kepada daya ingat terhadap apa yang dikatakan, melainkan mengingatkan siswa jika menemukan ide atau gagasan baru pada akhir pembelajaran.
b.      Guru sebagai pengembang adalah guru yang ahli dalam melaksanakan tugas dengan format ia tidak membiarkan dan mengijinkan siswa bolos atau malas tanpa alasan yang sah. Ia suka mengadakan penilain terhadap segala bidang yang dikerjakan para siswa.

c.       Guru sebagai perencana adalah guru yang ahli dalam bidangnya, yang mengatur, kelas sebagai tata ruang belajar. Ia memiliki pengetahuan dan wawasan luas. Ia menganggap bahwa para siswa belajar kepadanya karena ia mempelajari sebayak mungkin apa yang diketahui guru.
d.      Guru sebagai pembimbing adalah guru yang saling membelajarkan antara dirinya dengan sesama dan siswanya. Ia mengajar siswa dengan sistem sosial yang dinamis. Ia mengharapkan ada interaksi belajar antara diri dan siswanya. Ia mengajar karena mengetahui adanya perkembangan pribadi masing-masing individu, yang mengembangkan suasana saling percaya kan keterbukaan.
e. sebagai fasilitator adalah guru yang menyadari bahwa pekerjaannya merespon tujuan para siswa sekalipun tujuan itu bervariasi. Ia kurang menyenangi apabila ada siswa yang mendapat kesulitan belajar. Ia banyak mendengar dan bertanya kepada siswa. Ia menginginkan siswa dapat belajar dan mencapai tujuan sesuai harapannya.

  1. Sikap guru
Sikap guru dalam menghadapi siswa yang melanggar peraturan sekolah hendaknya tetap sabar, dan tetap bersahabat dengan suatu keyakinan bahwa tingkah laku siswa akan dapat diperbaiki. Kalaupun guru terpaksa membenci, bencilah tingkah laku siswa dan bukan membenci siswanya iu sendiri. Terimalah siswa dengan hangat, siehingga ia insyaf dengan akan sesalahannya. Berlakulah adil dalam bertindak. Ciptakan satu kondisi yang menyebabkan siswa sadar akan kesalahannya sehingga ada dorongan untuk memperbaiki kesalahannya.

  1. Suara guru
Suara guru, walaupun bukan faktoryang besar, turut mempenyai pengaruh besar dalam belajar. Suara yang melengking tnggi atau senautiasa tinggi atau demikian rendah sehingga tidak terdengar oleh siswa secara jelas dari jarak yang agak jauh akan mengakibatkan suasana gaduh. Keadaan seperti itu, juga akan membosankan sehingga pelajaran cenderung tidak diperhatikan. Suara yang relative rendah tetapi cukup jelas dengan volume suara yang penuh dan kedengarannya rileks akan mendorong siswa untuk

memperhatikan pelajaran. Mereka yang lebih berani mengajukan pertanyaan, melakukan percobaan sendiri, dan sebagainya. Tekanan suara hendaknya bervariasi sehingga tidak membosankan siswa yang mendengarnya. Hal yang penting dari itu semuanya adalah proses pembelajarannya akan semakin terarah.

  1. Pembinaan hubungan baik
Pembinaan hubungan baik (report) antara guru dan siswa dalam masalah manajemen kelas adalah hal yang sangat penting. Dengan terciptanya hubungan baik guru-siswa senantiasa gembira, penuh gairah dan semangat, bersikap optimistik, realistik dalam kegiatan belajar mengajar yang sedang dilakukan serta terbuka terhadap hal-hal yangakan ada pada dirinya.

D.    Cara Menciptakan Kondisi Sosio-Emosional Yang Positif
Dalam pengengembangan iklim sosio-emosional yang positif Ginot menekankan pentingnya kolinikasi yang diselenggarakan oleh guru. Yang amat perlu diperhatikan adalah komunikasi itu ialah bahwa guru hendaklah membicarakan keadaan yang dijumpai pada waktu itu dan tidak membicarakan pribadi ataupun sifat-sifat siswa. Jika guru dihadapkan pada perilaku siswa yang tidak menyenangkan, guru disarankan agar menjelaskan apa yang dilihatnya, apa yang dirasakan, dan apa yang sebaliknya dilakukan. Sebagai tambahan, Ginot mengemukakan sebuah daftar saran tentang cara-cara yang hendaknya dilakukan oleh guru dalam berkomunikasi secara efektif, yaitu sebagai berikut:
1.      Alternatif pernyataan kepada situasi siswa, jangan menilai dirinya karena hal itu dapat merendahkan diri siswa.
2.      Gambarkan situasi, ungkapkan perasaan tentang situasi itu, dan jelaskan harapan mengenai situasi tersebut.
3.      Nyatakan perasaan yang sebenarnya yang akan meningangkatkan pengertian siswa.
4.      Hindarkan cara memusuhi dengan cara mengundang kerja sama dan memberikan kepada siswa kesempatan mengalami ketidak ketergantungan.
5.      Hindarkan sikap menentang atau melawan dengan cara menghindarkan perintah atau tuntutan yang memancing renspons defensif.

6.      Akui, terima, dan hormati pendapat serta perasaan siswa dengan cara meningkatkan perasaan harga dirinya.
7.      Hindarkan diagnosis dan prognosis yang akan menilai siswa, karena itu akan melemahkan siswa.
8.      Jelaskan proses, dan tidak menilai produk atau pribadi, berikan bimbingan dan bukan kecaman.
9.      Hindarkan pertanyaan dan komentar yang memungkinkan memancing sikap menolak dan mengundang sikap menentang.
10.  Tolak memberikan godaan kepada siswa pemecah yang ditawanrkan secara buru-buru, pergunakan waktu untuk memberikan bimbingan yang diperlukan oleh siswa untuk memecahkan masalahnya. Doronglah kemampuan untuk mengatur diri sendiri.
11.  Hilangkan sarkasme, karena hal itu akan mengurangi harga diri peserta didik.
12.  Usahakan penjelasan yang singkat, hindarkan khotbah yang bertele-tele yang tidak akan menyakitkan motivasi.
13.  Pantau dan waspadailah terhadap dampak kata-kata yang disampaikan kepada siswa.
14.  Berikan pujian yang bersifat menghargai, karena hal itu produktif, tetapi hindarkan pujian yang bersifat menilai karena hal itu destruktif.
15.  Dengarkan apa yang diungkapkan peserta didik dan dorong mengungkapokan buah pikiran dan perasaan.

Dan juga dalam pengengembangan iklim sosio-emosional yang positif perlu juga adanya sikap mengakui identitas atas keberhasilan siswa. Dinyatakan juga oleh Glasser bahwa satu-satunya kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan identitas yaitu perasaan berhasil dan dihargai. Untuka mencapai identitas berhasil dalam konteks sekolah, seseorang harus mengembangkan perasaan tanggung jawab sosial dan harga diri. Tanggungajawab sosial dan harga diri  adalah hasil yang diperoleh siswa yang telah mengembangkan hubungan baik dengan sesamanya. Jadi untuk mengembangkan identitas keberhasilan yang penting adalah keterlibatan. Perilaku siswa yang menyimpang adalah buah kegagalanya mengembangkan identitas keberhasilan.

Dalam kaitan itu, Glasser mengemukakan delapan langkah untuk membantu peserta didik mengubah perilakunya berikut ini:
1.      Secara pribadi melibatkan diri dengan siswa; menerima siswa tetapi bukan kepada perilakunya yang menyimpang; menunjukkan kesediaan membantu siswa memecahakan masalah.
2.      Memberikan uraian kepada tentang parilaku siswa; mengenai masalah tetapi tidak menilai atau menghakimi siswa.
3.      Membantu siswa membuat penilaian atau pendapat tentang perilakunya yang menjadi masalah itu. Pusatkan kepada apa dilakukan oleh siswa yang menimbulakan masalah dan apa yang menyebabkan kegagalan.
4.      Membantu siswa merencanakan tindakan yang lebih baik; jika perlu berikan alternatif-alternatif; bantulah siswa membuat keputusan sendiri berdasarankan penilaiannya atas alternative-alternatif yang ada untuk mengembangkan perasaan tanggung jawab sendiri.
5.      Membimbing siswa mengikatkan diri dengan rencana yang telah dibuatnya.
6.      Mendorong siswa sewaktu melakukan rencananya dan memelihara keterikatannya dengan rencana tersebut; yakinkan siswa bahwa guru mengetahi kemajuan kemajuan yang dibuatnya.
7.      Tidak menerima pernyataan maaf siswa apabila siswa gagal meneruskan keterikatannya; bantulah ia memahami bahwa ia sendirilah yang bertanggungajawab atas perilakuny; bantulah ia memahami bahwa  sendirilah yang bertanggung jawab atas perilakunya; ingatkan siswa akan perlunya rencna yang lebih baik; menerima pernyataan maaf berarti tidak memusingkan masalah siswa.
8.      Memberikan kesempatan kepada siswa merasakan akibat wajar dari perilakunya yang menyimpang tetapi jangan menghukumnya; bantulah siswa mencoba lagi menyusun rencan yang lebih baik mengikatkan diri dengan rencana tersebut.

E.     Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Iklim Sosio-Emosional
1.      Kelebihan Pendekatan Iklim Sosio-Emosional
a.       Siswa merasa nyaman di kelas kerena terjalin hubungan yang baik dengan guru.
b.      Penyelesaian suatu masalah dipecahkan bersama melalui pertemuan kelas.
c.       Pelajaran diyakini akan lebih mudah diterima karena siswa merasa nyaman, tentram dan aman dengan situasi yang ada.
d.      Terbinanya sikap demokratis.
e.       Selalu ada penghargaan , jadi setiap kegagalan tidak akan membunuh motivasi siswa.
f.       Siswa belajar untuk saling menghargai teman ataupun guru.

2.      Kelemahan Pendekatan Iklim Sosio-Emosional
a.       Apabila hubungan siswa terlalu dekat dengan guru atau guru terlalu baik akan menimbulkan sikap siswa yang terlalu bebas.
b.      Sulit untuk memahami karakter emosi setiap siswa di kelas, maka diperlukan ketrampilan guru yang lebih untuk membuat iklim sosio emosional yang kondusif.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pendekatan iklim sosio-emosional dalam pengelolaan kelas berakar pada psikologi penyuluhan (konseling) dan klinis sehingga menekankan pentingnya hubungan interpersonal. Pendekatan iklim sosio-emosional akan tercapai secara maksimal apabila hubungan antara pribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara guru dan murid serta hubungan antar siswa. Di dalam hal ini, guru merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut.
Pada pendekatan iklim sosio-emosional, terdapat beberapa pakar atau ahli yang mengemukakan pendapatnya, yaitu Carl Rogers, Haim C. Ginnot, William Glasser, dan Rudolf Dreikurs. Carl Rogers menekankan pentingnya mutu sikap dalam hubungan interpersonal antara guru dengan siswanya. Haim C. Ginnot, menekankan pentingnya komunikasi yang diselenggarakan oleh guru. William Glasser menekankan pentingnya kebutuhan akan identitas diri, sedangkan Rudolf Dreikurs beranggapan tingkah laku dan keberhasilan siswa tergantung pada suasana demokratis yang ada di dalam kelas.
Pendekatan iklim sosio-emosional memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan dari pendekatan iklim sosio-emosional adalah siswa merasa nyaman karena terbinanya hubungan yang baik antara guru  dan penyelesaian masalah dilakukan dengan pertemuan kelas. Kelemahan pendekatan iklim sosio-emosional adalah jika hubungan siswa terlalu dekat dengan guru atau guru terlalu baik akan menimbulkan sikap siswa yang terlalu bebas.

B.     Saran
Dalam menerapkan pendekatan iklim sosio-emosional di dalam kelas, guru sebaiknya memahami betul mengenai pendekatan iklim sosio-emosional sehingga dalam penerapannya di kelas diperoleh hasil yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Forum Guru Nusantara. (2012). Pendekatan Sosial-Emosional. [Online]. Tersedia dalam: https://forumgurunusantara.blogspot.com/2012/10/pendekatan-sosial-emosional-dalam.html/ [Diakses pada 9 Mei 2018].

Matika, Mita. (2013). Pendekatan Iklim Sosio-Emosional. [Online]. Tersedia dalam: https://mitamatika.wordpress.com/2013/01/24/pendekatan-iklim-sosioemosional/. [Diakses pada 9 Mei 2018].

Matta, Lupie. (2009). Pendekatan Sosio-Emosional. [Online]. Tersedia dalam: https://lupieucimatta.wordpress.com/2009/10/25/pendekatan-sosio-emosional/. [Diakses pada 9 Mei 2018].












Related

Materi Kuliah S1 PGSD 5163448241435671964

Post a Comment

emo-but-icon

Hot in week

Recent

Comments

item