Makalah Landasan Pengembangan Kurikulum



MAKALAH KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN
“LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM”



Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kurikulum dan Pembelajaran
Dosen Pengampu: Sumianto, M.Pd





Disusun Oleh :
RABIATUL WAHYUNI                  1686206056









PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karunianya saya dapat menyelesaikan makalah tentang ‘’Landasan Pengembangan Kurikulum’’ ini dengan baik meskipun banyak kekurangannya. Dan juga saya berterimakasih kepada Bapak Sumianto, M.Pd selaku dosen mata kuliah Kurikulum dan Pembelajaran yang telah memberikan tugas kepada saya.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Landasan Pengembangan Kurikulum. Dan juga saya menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat, yang bersifat membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Bangkinang Kota, 12 Juli 2018


Rabiatul Wahyuni


DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1

A. Latar Belakang..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................ 1
C. Tujuan.................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2
A. Pengertian landasan pengembangan kurikulum................................................... 2
B. Macam-macam landasan pengembangan kurikulum............................................ 3
BAB III PENUTUP............................................................................................... 15
A. Kesimpulan......................................................................................................... 15
B. Saran.................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 16


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang cukup sentral dalam seluruh kegiatan pendidikan, menentukan proses dan hasil pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, dalam penyusunan kurikulum tidak dapat dikerjakan sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan atas hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Jika landasan pendidikan, khususnya kurikulum yang lemah , yang akan ambruk adalah manusia
Adapun beberapa landasan utama dalam pengembangan suatu kurikulum, meliputi landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial budaya, dan landasan perkembangan ilmu dan teknologi. Selain itu, makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Kurikulum dan Pembelajaran Biologi maka kami menyusun makalah ini. Dan ditambah lagi dengan fenomena pergantian kurikulum pendidikan beberapa tahun kebelakang.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan pengembangan kurikulum ?
2.      Macam-macam landasan pengembangan kurikulum ?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengembangan kurikulum.
2.      Untuk mengetahui macam-macam landasan pengembangan kurikulum.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Landasan Pengembangan Kurikulum
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran penting dalam sistem pendidikan, sebab dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang tujuan yang harus dicapai sehingga memperjelas arah pendidikan, akan tetapi juga memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus dimiliki setiap siswa. Karena begitu pentingnya fungsi dan peran kurikulum, maka setiap pengembangan kurikulum pada jejang manapun harus didasarkan pada asas-asas tertentu.
Pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah proses penyusunan rencana tentang isi dan bahan pelajaran yang harus dipelajari serta bagaimana cara mempelajarinya. Namun demikian, persoalan mengembangkan isi dan bahan pelajaran serta bagaimana cara belajar siswa bukanlah suatu proses yang sederhana, sebab menentukan isi atau muatan kurikulum harus berangkat dari visi, misi, serta tujuan yang ingin dicapai; sedangkan menentukan tujuan erat kaitannya dengan persoalan sistem nilai dan kebutuhan masyarakat. Persoalan inilah yang kemudian membawa kita pada persoalan menentukan hal-hal yang mendasar dalam proses pengembangan kurikulum yang kemudian kita namakan asas-asas atau landasan pengembangan kurikulum.
Pengembangan kurikulum merupakan kegiatan yang sangat kompleks, yang memerlukan dasar-dasar pertimbangan bagi pengambilan keputusan yang mendalam dan mendasar. Seperti halnya dalam menentukan tujuan pendidikan yang harus dicapai oleh suatu sekolah, harus ditindaklanjuti dengan pengambilan keputusan yang cermat dalam menentukan mata pelajaran serta konten atau bahan ajar yang yang harus dimasukan dalam kurikulum. Dan perlu pula ditetapkan rekomendasi dalam memilih kegiatan pembelajaran dan pengalaman belajar yang dapat menunjang pencapai tujuan-tujuan umum dan tujuan-tujuan khusus pendidikan dan pembelajaran. Untuk itu, maka pentingnya ditetapkan landasan-landasan pendidikan yang mendasari pengembangan kurikulum. Dengan adanya landasan yang jelas, yang kemudian dipahami dengan baik oleh para pengembang kurikulum, maka

diharapkan akan terjadi sinkronisasi antara apa yang diharapkan , direncanakan dengan apa yang secara nyata dilaksanakan disekolah maupun dikelas.
Fungsi asas atau landasan pengembangan kurikulum adalah seperti fondasi sebuah bangunan. Apa yang akan terjadi seandainya sebuah gedung yang menjulang tinggi berdiri diatas fondasi yang rapuh? Ya, tentu saja bangunan itu tidak akan tahan lama. Oleh sebab itu, sebelum sebuah gedung dibangun, terlebih dahulu disusun fondasi yang kokoh. Semakin kokoh fondasi sebuah gedung, maka akan semakin kokoh pula gedung tersebut.
Pengembangan kurikulum merupakan kegiatan yang sangat kompleks, yang memerlukan dasar-dasar pertimbangan bagi pengambilan keputusan yang mendalam dan mendasar. Seperti halnya dalam menentukan tujuan pendidikan yang harus dicapai oleh suatu sekolah, harus ditindaklanjuti dengan pengambilan keputusan yang cermat dalam menentukan mata pelajaran serta konten atau bahan ajar yang harus dimasukan dalam kurikulum. Dan perlu pula ditetapkan rekomendasi dalam memilih kegiatan pembelajaran dan pengalaman belajar yang dapat menunjang.

B.     Macam-Macam Landasan Pengembangan Kurikulum
1.      Landasan Filosofis
Pendidikan merupakan sebuah interaksi antara pendidik dan peserta didik. Di dalam interaksi tersebut terlibat isi yang diinteraksikan serta proses bagaimana interaksi berlangsung. Apa yang menjadi tujuan pendidikan, siapa yang pendidik dan peserta didik, apa isi pendidikan dan bagaimana proses interkasi tersebut merupakan pernyataan yang membutuhkan jawaban yang mendasar, yang esensial yaitu jawaban-jawaban filosofis.
Secara harfiah filosofis (filsafat) berarti cinta atau kebijakan (love of wisdom). Orang belajar berfilsafat agar ia menjadi orang yang mengerti dan bijak, harus tahu atau berpengetahuan.
Pengetahuan tersebut diperoleh melalui proses berpikir, yaitu berpikir secara sistemattis, logis, dan mendalam. Pemikiran demikian dalam filsafat sering kali disebut sebagi pemikiran radikal, atau berpikir sampai ke akar-akarnya. Secara. akademik, filsafat berarti upaya untuk menggambarkan dan menyatakan suatu pandangan yang sistematis dan komprehensif tentang alam

semesta dan kedudukan manusia di dalamnya. Berfilsafat berarti menangkap sinopsis peristiwa-peristiwa yang simpang siur dalam pengalaman manusia. Suatu cabang ilmu pengetahuan mengkaji satu bidang pengetahuan manusia, daerah cakupannya terbatas. Filsafat mencakup keseluruhan pengetahuan manusia, berusah melihat segala yang ada ini sebagai satu kesatuan yang menyeluruh dan mencoba mengetahui kedudukan manusia di dalamnya.
Jadi, landasan filosofis sangat penting dalam pengembangan kurikulum dalam mendapatkan sebuah konsep atau rancangan yang dipikirkan secara sistematis, logis, dan mendalam sehingga mampu menuangkan konsep yang lebih baik. Filsafat juga memberikan landasan-landasan dasar bagi ilmu. Keduanya dapat memberikan bahan bagi manusia untuk membantu memecahkan berbagai masalaha dalam kehidupannya.
Ada tiga cabang besar filsafat, yaitu metafisika (yang membahas segala yang ada di alam ini), episteminologi (yang membahas kebenaran) dan aksiologi (yang membahas nilai.
a.      Metafisika
Metafisika adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan proses analitis atas hakikat fundamental mengenai keberadaan dan realitas yang menyertainya.
b.      Epistemologi
Epistemologi adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, karakter dan jenis pengetahuan.
c.       Sosiologi
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya.

Filsafat membahas segala permasalahan yang dihadapi oleh manusia termasuk masalah-masalah pendidikan ini ynag disebut filsafat pendidikan . walaupun dilihat sepintas, filsafat pendidikan ini hanya merupakan aplikasi dari pemikiran-pemikiran filosogis untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan tetapi antara keduanya yaitu antara filsafat dan filsafat pendidikan terdapat hubungan yang sangat erat. Menurut donald burter, filsafat memberikan arah dan

metodologi terhadap praktik pendidikan, sedangkan praktik pendidikan memberikan bahan-bahan bagi pertimbangan-pertimbangan filosofis. Bahkan menurut john dewey filsafat dan filsafat pendidikan adalah sama, sebagaimana juga pendidikan menurut Dewey sama dengan kehidupan.

2.      Landasan psikologis
Dalam proses pendidikan terjadi interaksi antar-individu manusia, yaitu antar peserta didik dengan pendidik dan juga antar peserta didik dengan orang-orang yang lainnya. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya, karena kondisi psikologisnya. Berkat kemampuan-kemapuan psikologis yang lebih tinggi dan kompleks inilah sesungguhnya mausia menjadi lebih maju, lebih banyak memiliki kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan dibandingkan dengan makhluk lainnya.
Kondisi psikologis merupakan karakteristik psiko-fisik seseorang sebagai individu, yang dinyatakan dalam berbagai bentuk prilaku dalam interaksi dengan lingkungannya, prilaku tersebut merupakan manifestasi dari ciri-ciri kehidupannya, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, prilaku kognitif, afektif, dan psikomotor.
Kondisi psikologis setiap individu berbeda, karena peerbedaan tahap perkembangannya, latar belakang sosial-budaya, juga karena perbedaan faktor-faktor yang dibawa dari kelahirannya. Kondisi pun berbeda pula bergantung pada konteks, peranan, dan status individu diantar individu-individu yang lainnya. Interaksi yang tercipta dalam situasi pendidikan harus sesuai dengan kondisi psikologis para peserta didik maupun kondisi pendidiknya.
Peseta didik adalah individu yang sedang berada dalam proses perkembangan. Tugas utama yang sesungguhnya dari para pendidik adalah membantu perkembangan peserta didik secara optimal. Karakteristik perilaku individu pada tahap-tahap perkembangan, serta pola-pola perkembangan individu menjadi kajian psikologi perkembangan
Perkembangan atau kemajuan-kemajuan yang dialami anak sebagian besar terjadi karena usaha belajar, baik berlangsung melaui proses peniruan, pengingatan, pembiasaan, pemahaman, penerapan, maupun pemecahana

masalah. Pendidik atau guru melakukan berbagai upaya, dan menciptakan berbagi kegiatan dengan dukungan berbagai alat bantu pengajaran agar anak-anak belajar. Cara belajar mengajar yang mana membutuhkan studi sistematik dan mendalam. Studi demikian merupakan bidang pengkajian dari psikologi belajar.
Jadi, minimal ada dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Keduanya sangat diperlukan, baik di dalam merumuskan tujuan, memilih, dan menyusun bahan ajar, memilih dan menerapkan metode pembelajaran serta teknik-teknik penilaian.
a.      Psikologi Perkembangan
Psikologi perkembangan membahas perkembangan individu sejak masa konsepsi, yaitu masa pertemuan spermatozoid dengan sel telur sampai dewasa.
1)      Metode dalam psikologi perkembangan
Pengetahuan tentang perkembangan individu diperoleh meleui studi yang bersifat longitudinal, cross sectional, psikoanalitik, sosiologik atu studi kasus. Studi longitudinal menghimpun informasi tentang perkembangan individu melalui pengamatan dan pengkajian perkembangan sepanjang masa perkembangan, dari saat lahir sampai dengan dewasa. Metode cross sectional yang dilakukan oleh Arnold Gessel dengan cara mempelajari beribu-ribu anak dari berbagai tingkatan usia, mencatat ciri-ciri fisik dan mental, pola-pola perkembangan dan kemampuan, serta prilaku mereka.
Studi psikoanalitik dilakukan oleh Sigmund freud. Studi ini lebih banyak diarahkan mempelajari perkembangan anak pada masa-masa sebelumnya, terutama pada masa kanak-kanak. Karena dapat mengganggu perkembangan pada masa selanjutnya. Metode sosiologik digunakan oleh Robert Havighurst. Ia mempelajari perkembangan anak dari tuntutan tugas-tugas yang harus dihadapi dan dilakukan dalam masyarakat. Ada seperangkat tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasai individu dalam setiap tahap perkembangan. Sedangkan metode

lainnya ialah studi kasus. Dengan mempelajari kasus-kasus tertentu, para ahli psikologi perkembangan menarik beberapa kesimpulan tentang pola-pola perkembangan anak.
2)      Teori Perkembangan
Dikenal ada tiga teori atau pendekatan tentang pendekatan perkembangan individu , yaitu pendekatan pentahapan (stage approach) atau perkembangan individu berjalan melalui tahap-tahap perkembangan. Kedua, pendekatan diferensial (diferential approach) melihat bahwa individu memiliki persamaan dan perbedaan yang dibedakan atas jenis kelamin, ras, agama, status sosial ekonomi dan sebagainya. Pengelompokan individu ada kalanya juga didasarkan atas kesamaan karakteristiknya. Ketiga, pendekatan isaftif ( Isaftif approach) berusaha melihat karakteristik individu yang memiliki sifat sifat individual yang hanya dimiliki oleh seorang individu dan tidak dimiliki oleh individu lainnya.

b.      Psikologi Belajar
Pengembangan kurikulum tidak akan terlepas dari teori belajar sebab, pada dasarnya kurikulum disusun untuk membelajarkan siswa. Banyak teori yang membahas tentang belajar sebagai proses perubahan tingkah laku namun demikian setiap teori itu berpangkal dari pandangan tentang hakikat manusia.
Menurut aliran belajar kognitif-wholistik, belajar pada hakikatnya adalah pembentukan sosial antara kesan yang ditangkap panca indra dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara stimulus dan respon. Dengan demikian bahwa proses belajar sangat tergantung pada adanya rangsangan yang muncul dari luar diri atau faktor lingkungan. Menurut aliran behavioristik belajar, pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap panca indra dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara stimulus dan respon.
Dengan demikian menurut aliran behavioristik proses belajar sangat bergantung pada adanya rangsangan atau stimulus yang muncul dari luar diri

atau yang kita kenal dengan faktor lingkungan. Proses belajar dapat dipelajari dari kegiatan yang dapat dilihat. Pada penilaian kognitif belajar adalah kegiatan mental yang ada dalam diri setiap individu, kegiatan mental itu memang tidak dapat dilihat secara nyata akan tetapi menurut aliran ini, justru sesuatu yang ada dalam diri itulah yang menggerakan seseorang mencapai perubahan tingkah laku.

3.      Landasan Organisasi
Kurikulum merupakan rencana untuk kepentingan peserta didik, maka dari itu bahan atau isi pelajaran harus dituangkan dalam organisasi tertentu agar tujuan pendidikan dapat tercapai (Nasution, 1995) organisasi atau desain kurikulum berkaitan erat dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
Jenis-jenis organisasi kurikulum yang dimaksud sebagaimana dikemukakan berikut ini:
a.      Kurikulum Berdasarkan Mata Pelajaran
Organisasi kurikulum jenis ini merupakan organisasi kurikulum yang paling tua, tetapi higga kini masih menduduki tempat yang paling dominan. Organisasi kurikulum yang subject centered ini memanfaatkan berbagai disiplin ilmu yang telah disusun secara logis sistematis oleh para ahli dan ilmuan dalam cabang ilmu masing-masing. Kurikulum ini bertujuan agar peserta didik mengenal hasil kebudayaan dan pengetahuan umat manusia yang telah dikumpulkan sejak berabad-abad, agar mereka tak perlu mencari dan menemukan kembali apa yang telah diperoleh generasi-genarasi terdahulu.
Kurikulum berdasarkan subjek atau mata pelajaran ini sangat populer dan mempunyai kedudukan yang kokoh sekalipun mengalami kritik-kritik yang tajam. Kurikulum ini bertahan terus sebab mempunyai ciri-ciri yang tidak dimiliki oleh kurikulum bentuk lain. Kurikulum ini memang banyak mempunyai keuntungan, antara lain sebagai berikut :
1)      Memberikan pengetahuan berupa hasil pengalaman generasi lampau yang dapat digunakan untk menafsirkan pengalaman seseorang.

2)      Mempunyai organisasi yang mudah sturkturnya, mudah diubah, diperluas atau dipersempit, mudah disesuaikan dengan perkembangan baru dalam ilmu pengetahuan.
3)      Mudah dievaluasi bila perlu dengan menggunakan tes objektif yang dapat dinilai secara otomatis dengan komputer sehingga memudahkan penilaian ujian atau tes secara massal.
4)      Telah diterima baik dan mudah dipahami oleh guru, orang tua, dan peserta didik.
5)      Mengandung logika tersendiri menurut disiplin masing-masing memberikan pengetahuan secara sistematis dan karena itu memberikan metode yang logis dan efektif untuk menguasi bahan pelajaran.

Selain memiliki keuntugan, organisasi kurikulum ini memiliki berbagai kelemahan, yang antara lain dikemukakan berikut ini:
1)      Terdapat kesenjangan antara pengalaman peserta didk dan pengalaman umat manusia yang tersusun logis sistematis sehingga timbul bahaya verbalisme.
2)      Sering pengetahuan yang logis-sistematis itu tidak fungsional dalam menghadapi masalah-masalah masyarakat dan tidak sesuai dengan minat, kebutuhan serta masalah-masalah peserta didik dalam hidupnya.
3)      Kurikulum ini memberikan pengetahuan lepas-lepas, sering berupa fakta dan informasi yang perlu dihafal.

b.      Kurikulum Gabungan
Pada dasarnya merupakan modifikasi dari kurikulum mata pelajaran yang terpisah-pisah. Agar pengetahuan peserta didik tidak lepas maka diusahakan hubungan diantara dua mata pelajaran atau lebih yang dapat dipandang sebagai kelompok yang pada hakikatnya mempunyai hubungan yang erat. Dalam menghubungkan mata pelajaran yang satu dengan yang lain dengan memelihara identitas mata pelajaran, ada pula yang menyatupadukan mata pelajaran dengan menghilangkan identitas mata pelajaran sehingga menjadi bidang studi tertentu.(Nasution,1995).

1)      Macam macam cara berkorelasi:
Antara dua matapelajaran diadakan hubungan secara insidental,yakni kalau kebetulan ada kaitannya dengan mata pelajaran lain.
2)      Hubungan yang lebih erat terdapat apabila suatu pokok atau masalah tertentu diperbincangkan dalam berbagai mata pelajaran.
3)      Beberapa mata pelajaran disatukan, difusikan dengan menghilangkan batas masing masing.
4)      Kurikulum terpadu (integrated curriculum)
Ciri-ciri bentuk organisasi kurikulum terpadu (integrated curriculum) diantaranya adalah sebagai berikut:
a)      Berdasarkan filsafat pendidikan demokratis.
b)      Berdasarkan psikologis belajar Gestalt.
c)      Berdasarkan landasan sosiologis dan sosio-kultural.
d)     Berdasarkan kebutuhan perkembangan peserta didik.
e)      Ditunjang oleh semua mata pelajaran atau bidang studi yang ada.
f)       Sistem pencapaiannya dengan menggunakan sistem pengajaran unit atau tematik.
g)      Peran guru sama aktifnya dengan peran peserta didik.

4.      Landasan Sosiologi
Salah satu fungsi sekolah erat hubungannya dengan kebutuhan masyarakat. Sekolah sejak mulanya didirikan oleh masyarakat untuk kepentingan masyarakat demi kelanjutan hidup, perkembangan, dan kebahagiaan masyarakat. Dengan kata lain, masyarakat mendirikan sekolah untuk kepentingan masyarakat agar hidup terus dan senantiasa meningkatan mutu kehidupannya. Faktor itulah yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum, disini juga harus dijaga keseimbangan antara kepentingan peserta didik sebagai individu dengan kepentingan peserta didik sebagai anggota masyarakat, dan ini dapat dicapai apabila dicegah kurikulum yang semata-mata bersifat sosiety-centered.
Kurikulum sekolah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan harus senantiasa relevan dengan situasi dan kondisi masyarakat masa kini. Bahkan tuntutan dan kemungkinan yang bakal terjadi pada masayarakat genenrasi yang

mendatang idealnya telah dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum, karena masyarakat senantiasa tumbuh dan berkembang berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Landasan sosiologis dalam pengembangan kurikulum, dalam konteks ini pengembang kurikulum 2004, pada dasarnya sebagai upaya perubahan dalam menanggapi berbagai perkembangan dalam masyarakat, baik masyarakat dunia maupun masyarakat lokal yang saat ini berhadapan dengan perubahan yang begitu cepat (Muhamad, 2004).
Pada dasarnya, kurikulum harus mampu mengembangkan manusia sehingga mereka memiliki karakteristik dan sifat-sifat yang diperlukan baik oleh dirinya sebgai suatu pribadi maupun oleh masyarakat, bangsa, dan negara. Konsekuensinya, kurikulum dikembangan berdasarkan nilai yang berlaku di masyarakat landasan sosial dan budaya merupakan salah satu landasan yang seharusnya menjadi kepedulian utama dalam proses pengembangan kurikulum.

5.      Landasan Ilmu Dan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni termasuk salah satu landasan pengembangan kurikulum. Bahkan termasuk landasan yang tidak kalah pentingnya dengan landasan-landasan yang lainnya. Alasannya, pesatnya perkembangan iptek, secara otomatis akan mempengaruhi pola pikir masyarakat berkembang dalam setiap aspek kehidupan. Hal ini sangat berpengaruh besar terutama dalam dunia pendidikan dituntut untuk mengadakan inovasi-inovasi dalam berbagai aspeknya, diantaranya fasilitas pendidikan, personal pendidikan, pengelolanya, standar mutunya, termasuk dalam kurikulumnya.
Pendidikan melalui pengembangan kurikulum, harus mampu mengantisipasi dampak global yang membawa masyarakat berbasis pengetahuan dimana iptek sangat berperan sebagai penggerak utama perubahan masyarakat. Oleh karena itu, menuntut penyempurnaan-penyempurnaan kurikulum secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan kemajuan ipteks. Penyempurnaan kurikulum dengan pertimbangan kemajuan ipteks tentunya meliputi seluruh komponen kurikulum, baik dalam menentukan tujuan, isi, pengalaman belajar, dan evaluasinya. Yang tidak kalah pentingnya, penyempurnaan kurikulum

tersebut tidak hanya dalam dimensi dokumen tetapi harus ditindaklanjuti dalam implementasinya.

6.      Landasan Historis
Landasan historis berkaitan dengan formula program-program sekolah pada waktu lampau yang masih hidup sampai sekarang atau yang pengaruhnya masih berat pada kurikulum saat ini (Johnson, 1968). Kurikulum yang dikembangkan saat ini harus mempertimbangkan apa yang telah dilakukan dan apa yang telah dicapai melalui kurikulum sebelumnya. Begitu pula selanjutnya, perlu mempertimbangkan kurikulum yang ada sekarang waktu mengembangkan kurikulum di masa depan. Umumnya, pengembangan kurikulum yang dalam proses perbaikan, tentu tidak akan mulai dari nol tapi berdasarkan hasil evaluasi kurikulum sebelumnya. Dengan demikian hasil evaluasi terhadap komponen-komponen kurikulum sebelumnya menjadi dasar pertimbangan yang berharga dan pengaruh terhadap upaya-upaya perbaikan dan penyempurnaan kurikulum yang akan datang.

7.      Landasan Yuridis
Landasan yuridis atau landasan hukum pengembangan kurikulum pada umumnya adalah Undang-Undang dan Peraturan-peraturan Pemerintah yang saat ini sedang berlangsung. Berikut ini dikemukakan beberapa Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang melandasi kurikulum di Indonesia :
a.       Undang-Undang Dasar tahun 1945 dalam pembukaan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 tercantum tujuan nasional yaitu memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Pasal 31 UUD NRI tahun 1945 menyatakan bahwa setiap (1) setiap warga negara berhak mendapat pendidikan; (2) pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur dalam Undang-Undang; (3) setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya; (4) pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan

nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan dalam rangka mencerdasakna kehidupan bangsa yang diatur dalam undang-undang.
b.      Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Pada Bab II pasal 2 menyatakan bahwa “pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan UUD NKRI 1945 Pasal 3 menyatakan bahwa “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan pengetahuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman.
c.       Undang-Undang RI No. 23 tahun 2000 tentang perlindungan anak, pada ketentuan umum, didkemukakan bahwa (1) anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan; (2) perlindungan anak segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, berpartisifasi secara optimal sesuai dengan harakat martabat kemanusiaan, serat mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
d.      Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, menyatakan bahwa guru dan dosen mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis dalam pembangun nasional dalam bidang pendidikan. Dalam Pasal 20 dikemukakan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban : (a) merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu serta menilai evaluasi hasil pembelajaran; (b) meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan potensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Teknologi, dan seni; (c) bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakaang keluarga dan status ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; (d) menjunjung tinggi Peraturan Perundang-Undangan, hukum, dan kode etik guru serta nilai-nilai agama dan etika; (e) memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
e.       Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Bab II Pasal 2 dikemukakan bahwa

(1) lingkungan standar pendidikan meliputi: (a) standar isi; (b) standar proses; (c) standar kompetensi lulusan; (d) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (e) standar sarana dan prasarana; (f) standar pengelolaan; (g) standar pembiayaan; (h) standar penilaian pendidikan. Pasal 3 mengemukakan bahwa standar nasional pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaaan, dan pengawasan pendidikan. Dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Pasal 4 satndar nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran penting dalam sistem pendidikan, sebab dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang tujuan yang harus dicapai sehingga memperjelas arah pendidikan, akan tetapi juga memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus dimiliki setiap siswa. Pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah proses penyusunan rencana tentang isi dan bahan pelajaran yang harus dipelajari serta bagaimana cara mempelajarinya.
Namun demikian, persoalan mengembangkan isi dan bahan pelajaran serta bagaimana cara belajar siswa bukanlah suatu proses yang sederhana, sebab menentukan isi atau muatan kurikulum harus berangkat dari visi, misi, serta tujuan yang ingin dicapai; sedangkan menentukan tujuan erat kaitannya dengan persoalan sistem nilai dan kebutuhan masyarakat. Macam-macam landasan pengembangan kurikulum adalah landasan filosofis, landasan psikologis, landasan organisasi, landasan sosialisasi, landasan ilmu dan pengetahuan, landasan teori, dan landasan yuridis.

B.     Saran
Demikian makalah ini dalam mata kuliah Kurikulum Pembelajaran yang diampu oleh Bapak Sumianto, M.Pd yang tentunya masih jauh dari kesempurnaan. Saya  sadar bahwa makalah ini merupakan proses dalam menempuh pembelajaran, untuk itu saya mengharapkan kritik serta saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Harapan pemakalah semoga makalah ini dapat dijadikan suatu ilmu yang bermanfaat bagi kita semua. Amin.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Sholeh. (2013). Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Lely, Halimah. (2010). Pengembangan Kurikulum. Bandung : RIZQI Press.

Sanjaya, Wina. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Prenada Media Group.

Sukmadinata, Nana. (2008). Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.


Related

Materi Kuliah S1 PGSD 8236757927090699641

Post a Comment

emo-but-icon

Hot in week

Recent

Comments

item